Rabu, 24 Mei 2017

Prinsip Pengembangan Kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN


Pendidikan merupakan salah satu lembaga umat manusia telah melayani kebutuhan tertentu, dan, seperti semua lembaga manusia, akan meresponnya atau harus meresponperubahan lingkungan. Lembaga pendidikan diaktifkan oleh
perubahan kurikulum itu sendiri dalam menanggapi kekuatan yang mempengaruhinya.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu ada beberapa landasan dan prinsip-prinsip yang harus menjadi pedoman dalam pengembangan kurikulum.
Makalah ini mencoba untuk memaparkan apa yang menjadi landasan-landasan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses pengembangan kurikulum.












BAB II
PEMBAHASAN


Sebelum kita membahas lebih dalam mengenai landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, hendaklah kita mengenal dulu beberapa istilah pengembangan kurikulum, perencanaan kurikulum, implementasi kurikulum,  perbaikan kuikulum, dan evaluasi kurikulum. Pengembangan kurikulum(curriculum development) adalah istilah yang lebih komprehensif, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pengembangan kurikulum menyiratkan perubahan dan perbaikan. Perbaikan kurikulum (curriculum improvement) sering digunakan secara sinonim dengan pengembangan kurikulum, meskipun dalam beberapa kasus perbaikan dipandang sebagai hasil dari pengembangan.
Perencanaan kurikulum (curriculum planing) adalah tahap awal dari pengembangan kurikulumketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menetapkan rencana bahwa guru dan siswa akan melaksanakan. Perencanaan adalah pemikiran atau tahap mendesain.
Implementasi kurikulum(curriculum implementation)adalahmenerjemahkan rencana ke dalam tindakan. Selamatahap perencanaan kurikulum, pola-pola tertentu daripengorganisasian kurikulum ataureorganisasi yang dipilih. Pola-pola ini yang dimasukkan ke dalam pengoperasian pada tahap implementasi. Cara memberikan pengalaman pembelajaran, misalnya, menggunakan tim pengajaran, diambil dari konteks perencanaan dan dibuat operasional. Implementasi kurikulum menerjemahkan rencana ke dalam tindakan di kelas, sehingga terdapat transformasi bidang kurikulum ke dalam bidang pengajaran, peran guru berubah dari pekerja kurikulum menjadi instruktur.
Evaluasi kurikulum (curriculum evaluation) merupakan tahap akhir pengembangan di mana hasildinilai dan keberhasilan dari peserta didik dan program ditentukan.Pada waktu, revisi kurikulum (curriculum revision) digunakan untuk merujuk kepada proses untuk membuatperubahan kurikulum atau perubahan diri dan digantikanpengembangan atau perbaikan kurikulum.
Melalui proses pengembangan kurikulum, kita dapat menemukan cara baruuntuk menyediakan pengalaman belajar siswa secara lebih efektif. Pengembang kurikulum terus berupaya untuk menemukan yang lebih baru, lebih baik, dan lebih efisienuntuk memberikan pendidikan kepada anak-anak.

A.    Tipe Pengembang Kurikulum
Beberapa pengembang kurikulum unggul berada dalam tahap konseptualisasi (perencanaan), melaksanakan rencana kurikuler (implementasi), dan yang lainnya menilai hasil kurikulum (evaluasi). Contoh positif adalah Musa, Yesus, Buddha, Konfusius, dan Muhammad yang bisa disebut konsultan kurikulum. Mereka memiliki konsepsi tujuan umat manusia, perilaku yang direkomendasikan untuk dipelajari dan dipraktikkan untuk mencapai tujuan. Di sisi negatif ada Hitler, Stalin, Mussolini, dan Mao Zedong yang memiliki pengertian yang pasti dan program untuk melatih kaum muda tentang apa yang harus dipercaya dan bagaimana berperilaku dalam masyarakat totaliter.
Jajaran politisi dalam demokrasi telah menghasilkan konsultan kurikulum, bahkan beberapa lebih handal daripada yang lain. Penasihat kurikulum telah ditemukan tidak hanya di kalangan politisi, tetapi jugaantara akademisi, jurnalis, ulama, dan masyarakat pada umumnya. Pendidik profesional telah menerima banyak bantuan baik diinginkan dan tidak diinginkandalam membentuk kurikulum sekolah.

B.     Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum
Dari prinsip menunjukkan dari mana asal muasal lahirnya suatu prinsip. Dari berbagai literatur tentang kurikulum dapat dikemukakan setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris (empirical data), data experimen (experiment data), cerita atau legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense) (Olivia,1992:28).
1.      Data Empiris(Empirical Data)
Data empiris merujuk pada pengalaman terdokumentasi dan terbukti efektif.
2.      Data Eksperimen(Experiment Data)
Data eksperimen merujuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Data hasil temuan merupakan data yang dipandang valid dan reliabel, sehingga tingkat kebenarannya meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.
3.      Cerita atau Legenda yang Hidup di Masyarakat(Folklore of Curriculum)
Selain dari data-data lainnya, Banyak data hasil penelitian (hard data) sifatnya sangat terbatas, disamping itu banyak data-data lain yang diperoleh bukan dari hasil penelitian yang digunakan juga terbukti untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang komplek diantaranya yaitu adat istiadat yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum).
4.      Akal Sehat (Common of Sense)
Selain dari itu, data yang di peroleh dari penelitian sendiri digunakan setelah melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.

C.    Jenis Prinsip Pengembangan Kurikulum
Jenis-jenis prinsip pengembangan kurikulum merupakan tingkat validitas dan reliabilitas prinsip yang digunakan. Hal ini ada kaitannya dengan sumber dari prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri. Ada fakta, data, konsep, dan prinsip tingkat kepercayaannya tidak diragukan lagi karena sudah terbukti melalui uji riset yang berulang-ulang, ada juga data yang sudah terbukti tapi masih terbatas dalam kasus-kasus tertentu belum bias digeneralisasikan, dan terdapat pula data yang belum dibuktikan oleh riset tapi sudah terbukti dalam kehidupan dan menurut pertimbangan akal sehat dipandang logis, baik, dan berguna.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum biasa diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip yaitu :
1.      Anggapan utuh atau menyeluruh (whole trusth)
Anggapan utuh atau menyeluruh adalah fakta, konsep, dan prinsip yang diperoleh dan telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang sehingga bias dibuat generalisasi dan bisa diberlakukan ditempat yang berbeda. Tipe ini tidak akan mendapat tantangan atau kritik karena sudah diyakini oleh orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
2.      Anggapan kebenaran parsial (partial truth)
Anggapan kebenaran parsial yaitu sutau fakta, konsep, dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus tapi sifatnya masih belum bisa digeneralisasikan, karena dianggap baik dan bermanfaat. Dalam penggunaannya bisa menimbulkan pro dan kontra.
3.      Anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis)
Hipotesis yaitu asumsi karja atau prinsip yang sifatnya tentatif atau masih dalam kesimpulan yang sementara dan muncul dari pemikiran akal sehat.

D.    Sepuluh Prinsip Pengambangan Kurikulum
Oliva mempergunakan istilah aksioma untuk menyatakan prinsip sebagai suatu kebenaran yang self evident, yang memberikan pedoman  dan kerangka acuan, dalam memecahkan masalah. Aksioma tersebut adalah:
1.      Inevitability of Change (Change is both inevitable and necessary, for it is through change thal life  forms grow and develop).
Perubahan pada hakekatnya tidak dapat dihindari dan diperlukan, karena melalui perubahan kehidupan menjadi tumbuh dan berkembang. Lembaga-lembaga manusia, seperti manusia sendiri, tumbuh dan berkembang secara proporsional dengan kemampuan mereka untuk menanggapi perubahandan untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi. Masyarakat dan lembaga-lembaganya terusmengalami masalah dimana mereka harus merespon atau binasa. Menurut Glen Hass terdapat berbagai masalah kontemporer utama yang dihadapi masyarakat:
a.       Lingkungan
b.      Perubahan nilai-nilai dan moralitas
c.       Keluarga
d.      Revolusi Mikroelectronik
e.       Perubahan dunia kerja
f.       Hak yang sama
g.      Krisis perkotaan dan pinggiran kota
h.      Kejahatan dan kekerasan
i.        Keterasingan dan kecemasan
j.        Ketegangan internasional
Sekolah umum, salah satu lembaga mendasar masyarakat kita, menghadapikebanyakan masalah-masalah kontemporer, beberapa diantaranya mengancam keberadaannya.Kita perlu mengutip persaingan yang ketat antara sekuler dan sektariansekolah swasta, proposal untuk kredit pajak dan voucher, dan adanya home schools untuk menggambarkan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi masyarakatsekolah. Perubahan dalam bentuk tanggapan terhadap masalah-masalah kontemporer harusterpenting bagi pengembang kurikulum.Para pengembang kurikulum harus bisa turut memberi jawaban terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.
2.      Curriculum is a product of its time (a school curriculum not only reflects but is a product of its time).
Sehubungan dengan aksioma 1 suatu kurikulum bukan hanya mencerminkan keadaan zaman, tetapi merupakan produk zaman. Meskipun kurikulum sering lambat mengikuti perkembangan masyarakat, tetapi pada dasarnya mengandung transformasi. Kurikulum menjawab tantangan, perubahan sosial dan diubah oleh faktor-faktor seperti kekuatan sosial, prinsip-prinsip psikologi, pandangan filsafat, dan kemajuan ilmu pengetahuan.
3.      Concurrent Changes (Curriculum changes made at an earlier period of time can exist concurrently with newer curriculum changes at a later period of time).
Kurikulum yang  berada di masa lampau dapat berlaku dan berada bersama dengan kurikulum baru. Suatu pengembangan kurikulum dapat tumpang tindih, untuk waktu yang lama. Hal ini jelas dalam sejarah kurikulum suatu tema kurikulum sering marupakan suatu rekapitulasi.
Revisi kurikulum jarang dimulai dan berakhir tiba-tiba. Perubahan dapat hidup berdampingan dan saling tumpang tindih untuk jangka waktu yang lama. Biasanya kurikulum bertahap dan dihapuskan secara bertahap.
4.      Change in people (Curriculum changes results from changes in people).
Perubahan kurikulum merupakan hasil perubahan manusia. Karena itu perubahan kurikulum, harus dimulai dari perubahan manusianya, meliputi perubahan keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan dan kemauan. Dengan singkat merubah faktor-faktor yang berinteraksi dalam pengembangan kurikulum dalam hal ini adalah orang-orang yang akan menerapkan kurikulum. Ketika individu menginternalisasi dan memiliki perubahan dalam kurikulum, perubahan akan efektif dan tahan lama.
5.      Cooperative Endeavor(Curriculum change is effected as a result of cooperative endeavor on the part of groups).
Suatu pengembangan kurikulum merupakan suatu hasil usaha yang kooperatif (hasil keputusan kelompok). Oliver melihat sifat kooperatif dari pengembangan kurikulum sebagai "hal mengenai pertumbuhan individu daripada sebagai instalasi atau konstruksi bahan-bahan tertentu. Oleh karena itu, menurut Oliver, "individu lebih dapat mengidentifikasi diri mereka dengan aktivitas kurikulum, semakin mudah mereka akan menerima fase baru. Partisipasi sejati cenderung menghasilkan 'kepemilikan psikologis'  yang besar terhadap program yang dihasilkan.
Para profesional harus merupakan inti dalam kerjasama ini. Guru dan spesialis kurikulum merupakan inti profesional perencana. Orang-orang profesional ini terlatih menopang pengembangan kurikulum. Mereka bekerja sama di bawah arahan dari administrator sekolah yang bertugas mengawasi kegiatan mereka dan untuk memfasilitasi usaha mereka dalam tahap pembangunan. Siswa memasuki proses pengembangan kurikulum sebagai penerima langsungdari kedua manfaat dan bahaya yang hasil dari perubahan kurikulum. Peran orangtua harus dilibatkan dalam proses pengembangan kurikulum tersebut.Melalui kegiatan kelompok/kooperatif akan meningkatkan kinerja. Hasil musyawarah kelompok tidak hanya lebih luas dari upaya individu, tapi proses bekerjasama dalam kelompok memungkinkan anggota kelompok untuk berbagi ide danuntuk mencapai konsensus kelompok. Dalam hal ini anggota kelompok saling membantu untukberubah dan untuk mencapai komitmen untuk berubah. Jadi, setiap perubahan signifikan dalam kurikulum harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk memperoleh pemahaman mereka, dukungan, dan masukan.
6.      Decision-making Process (Curriculum development is basically a decision making process).
Pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses pengambilan keputusan. Perencana kurikulum bekerjasama dengan mereka yang terlibat harus membuat berbagai pilihan prioritas, yaitu:
a.       Pilihan disiplin ilmu. Tidak adanya pelajaran filsafat, antropologi dan lain sebagainya dalam kurikulum sekolah menunjukkan bahwa pilihan telah dibuat bagi siswa.
b.      Pilihan antara persaingan sudut pandang. Perencana harus memutuskan, misalnya, apakah mereka setuju bahwa pendidikan bilingual itu yang terbaik dalam melayani kebutuhan semua lapisan masyarakat. Mereka harus membuat keputusan tentang program-program sepertiatletik antarsekolah untuk anak perempuan, apakah murid penyandang cacat dalam pembelajarannya harus di kelas khusus, apakah siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuannya,
dan apakah program pendidikan seks harus diajarkan.
c.       Pilihan penekanan. Haruskah sistem sekolah, misalnya, memberikan bantuan tambahan untuk anak miskin? Haruskah sistem sekolah menyediakan program untuk anak berbakat? Haruskah ada upaya ekstra dibuat untuk anak-anak yang kurang beruntung?Haruskah sekolah menyubsisi dana dari satu kelompok siswa yang mampu untuk membantu kelompok lain yang kurang mampu?
d.      Pilihan metode. Apa cara terbaik, misalnya apa cara terbaik mengajar membaca? Materi apa yang lebih efektif untuk digunakan? Bagaimana bias budaya dihilangkan dari suatu program?
e.       Pilihan dalam organisasi. Misalnyapendekatan yang lebih baik dalam pengaturan organisasi yang akan memberikan kesempatan maksimum untuk peserta didik? Haruskah membentuk sekolah alternatif di dalam danluar sistem disediakan?
Dua karakteristik penting dari seorang perencana kurikulum adalah kemampuan mempengaruhi keputusan setelah cukup studi tentang permasalahan tersebut dan kemauan untuk membuatkeputusan. Setiap keputusan melibatkan risiko dihitung, karena tidak ada satu hal pun yang memiliki semua jawaban untuk semua masalah atau sebagai obat mujarab tunggal untuk setiap masalah. Beberapa keputusan mungkin akan berakhir dengan kegagalan, namun juka tidak pernah diuji tidak pernah bisa diketahui apa itu akan berhasil dan tidak.
7.      Continuous Process (Curriculum development is a never ending process).
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kontinue (tak pernah berakhir). Perencana senantiasa berjuang mencari yang ideal. Karena itu sehubungan aksioma ini record atau  catatan tentang kurikulum lama perlu disimpan. John R. Verduin, Jr, membuat titik ini singkat: "Keberlanjutan dalam pemeriksaan, evaluasi, dan perbaikan kurikulum sangat penting”. Kesempurnaan dalam kurikulum tidak akan pernah diperoleh. Kurikulum selalu dapat ditingkatkan, dan solusi yang lebih baik selalu dapat ditemukan untuk mencapai tujuan tertentu.
 Semisal: kebutuhan peserta didik berubah, karena perubahan masyarakat dan pengetahuan baru yang muncul, maka kurikulum harus berubah. Evaluasi kurikulum harus mempengaruhi perencanaan dan implementasi selanjutnya. Tujuan kurikulum dan rencana kurikuler lembaga harus diubah sebagai umpan balik mengungkapkan perlunyamodifikasi.
Pengembangan kurikulum belum selesai ketika masalah kurikuler tunggaltelah diselesaikan ketika sebuah program baru atau yang direvisi telahdilembagakan. Pemantauan terus-menerus diperlukan untuk menjamin bahwa program ini tidak akan mengulangi masalah yang sama. Selanjutnya, catatan yang memadai harus disimpanoleh komite kurikulum sehingga para pekerja kurikulum di masa mendatang akan tahu apa yang telah diupayakan dan hasil yang telah diperolehnya.
8.      Comprehensive Proces (Curriculum development is a comprehensive process).
Pengembangan kurikulum adalah merupakan suatu proses yang komprehensif. Pendekatan yang komprehensif menuntut penggunaan berbagai sumber, bukan hanya personil, tapi juga biaya, waktu yang dibutuhkan, personil atau tenaga cukup dan motivasi perlu dipertimbangkan.
9.      Systematic Development (Systematic curriculum development is more effective than trial and error).
Pengembangan kurikulum lebih baik dilakukan secara sistematik bukan hal yang coba-coba dan salah (trial and error). Pengembangan kurikulum lebih berhasil jika menggunakan suatu model atau sistem pendekatan.
10.  Starting from the Exiting Curriculum (The curriculum planner starts from where the curriculum is just as  the theacher starts from where the students are).
Pengembangan kurikulum mulai dari kurikulum yang ada, sebagaimana mengajar dimulai dari mengidentifikasi murid. Karena sebagian besar perencana kurikulum dimulai dari kurikulum yang sudah ada, akan lebih akurat jika membicarakan organisasi kurikulum dan reorganisasi kurikulum. Investasi pemikiran, waktu, uang, dan bekerja dengan perencana sebelumnya tidak bisa dikesampingkan begitu saja meskipun telah ada yang baru. Oliva menyarankan perencana untuk "berpegang teguh pada apa yang baik."




BAB III
PENUTUP


A.                KESIMPULAN

Sistem pendidikan merespon perubahan kondisi dalam sistem masyarakat. Perubahan kurikulum adalah normal, hal tersebut merupakan konsekuensi yang diharapkan dari perubahan lingkungan.Tanggung jawab pekerja kurikulum adalah untuk mencari cara untuk membuat perbaikan terus-menerus dalam kurikulum. Tugas pekerja kurikulumdifasilitasi jika pekerja mengikuti beberapa prinsip yang berlaku umum untuk pengembangan kurikulum. Prinsip tersebut berasal tidak hanya dari disiplin ilmu di luar pendidikan profesionaltetapi juga dari cerita rakyat, observasi, data eksperimen, danakal sehat.
Prinsip atau aksioma yang disarankan sebagai panduan untuk pengembang kurikulum adalah:
1.      Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan;
2.      Kurikulum merupakan produk dari masa yang berkelanjutan;
3.      Perubahan kurikulum masa lalu sering sering terdapat secara bersamaan bahkan tumpang tindih dengan perubahan kurikulum masa kini;
4.      Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika ada perubahan pada orang-orang atau masyarakat;
5.      Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok;
6.      Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian alternatif yang ada;
7.      Pengembangan kirikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir;
8.      Pengembangan kurikulum akan barhasil jika dilakukan dengan komprehensif, bukan aktivitas bagian perbagian yang terpisah;
9.      Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan mengikuti suatu proses yang sistematis; dan
10.  Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.
Guru dan spesialis kurikulum mengisi peran sebagai pekerja kurikulum. Mereka harus bisa bekerja sama dengan personil sekolah lainnya. Guru, pakar kurikulum,supervisor, administrator, siswa, orang tua, dan perwakilan masyarakat lainnya semua bisa memainkan peran penting dalam mempengaruhi perubahan kurikulum.






































DAFTAR PUSTAKA


Oliva, Peter  F. (1992).The Developing Curriculum, New York: Harper Collins Publisher.

Cuban, L. (1991). Curriculum Stability and Change. Dalam Handbook of Research on Curriculum. New York : Macmillan Publishing Co.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar