Rabu, 24 Mei 2017

Model Pembelajaran Kontrol Diri



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kontrol/pengendalian diri bisa diterjemahkan sebagai pakem yang akan menjadi rem terhadap perilaku tertentu. Kaitannya dalam pembelajaran, model ini bisa menjadi salah satu cara membentuk perilaku peserta didik terhadap kompetensi dasar tertentu. Tapi tanpa adanya kontrol diri,  maka siswa bisa saja terkesan tidak serius dan main-main. Hal ini disebabkan tidak semua siswa mampu membentuk perilaku baru secara serta merta.
Diperlukan adanya suatu model atau pendekatan yang dapat membentuk perilaku yang baik karena menurut beberapa ahli, perilaku bisa didapat melalui belajar.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan kontrol/pengendalian diri?
2.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning)?
3.    Bagaimana penerapan model belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning)?
4.    Apa tujuan dan asumsi belajar kontrol/pengendalian diri?
5.    Bagaimana sintax dalam model belajar kontrol/pengendalian diri?

1.3  TUJUAN
  1. Untuk mengetahui maksud dari kontrol/pengendalian diri dan kaitannya dengan pembelajaran.
  2. Untuk mengetahui penerapan model belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning).
  3. Mengetahui tujuan dan asumsi model belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning).
  4. Mengetahui sintagmatik model pembelajaran kontrol/pengendalian diri(control self learning).












BAB II
PEMBAHASAN

A.       Kontrol Diri
Hurlock (1990) mengatakan kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Kemudian Kazdin (1994) menambahkan bahwa kontrol diri diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas dan membantu mengatasi berbagai hal merugikan yang dimungkinkan berasal dari luar. Menurut Chaplin (2001) kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan upaya dari dalam diri seseorang untuk membentuk tingkah laku positif dan mengurangi tingkah laku yang negatif.
Kontrol diri ini dapat diterapkan pada sebuah model pembelajaran yang dinamakan dengan model kontrol diri. Tujuannya adalah agar pendidikan bukan hanya menciptakan pengetahuan saja, tapi juga mampu membentuk perilaku positif dari sebuah pembelajaran melalui pengkontrolan diri pada perilaku yang negatif.

B.        Pendekatan Belajar Kontrol/pengendalian Diri (learning self control)
Skinner, bapak teori pengolahan perilaku dalam konsepnya tentang operant conditioning, telah memberikan sumbangan yang besar dan luas dalam pendekatan ini. Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berperilaku di berbagai kelompok sosial.
Pendekatan belajar control/pengawasan diri bertolak dari keyakinan bahwa perilaku peserta didik merupakan hasil belajar (learned). Karena itu peserta didik harus diberi kemudahan untuk belajar bagaimana bertanggung jawab secara moral atas lingkungan personal dan sosial memahami dirinya secara utuh.
Pendekatan ini digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang produktif dan menghindarkan peserta didik dari keengganan untuk melibatkan diri dalam kesempatan belajar yang tersedia secara umum. Peserta didik yang suka mengganggu temannya, dapat belajar secara lebih produktif untuk berhubungan dengan temannya. Kemudian peserta didik yang memiliki rasa takut terhadap mata pelajaran tertentu, dapat belajar bagaimana menghilangkan rasa takut itu dengan membangun perasaan yang tegar (affirmatif).

C.  Model Kontrol/pengendalian Diri
 1. Tujuan dan Asumsi
Para Teoretis perilaku melihat perilaku sebagai fungsi dari lingkungan langsung yang secara khusus memberikan rangsangan dan penguatan. Ciri yang paling esensial ialah hubungan antara respon dan stimulus yang diberi penguatan.  Penguatan hanya diberikan apabila telah ada respon. Kondisi ini disebut “contingent” atau tergantung pada pengelolaan ketergantungan pada atau “contingency management” yang  menjadi ini dari model Kontrol Diri, merupakan usaha yang sistematis untuk memberikan rangsangan yang bersifat menguatkan yang diberikan pada saat-saat tertentu setelah munculnya respon. Orang yang membangun hubungan kontingensi antara stimulus dan respon ini harus menyadari akan adanya respon yang memang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Disamping itu juga harus disadari bahwa stimulus yang bersifat menggali respon sangatlah penting.
Pengelolaan proses kontingensi ini bertolak dari prinsip “operant conditioning”. Dalam prinsip ini terlibat peranan “reinforcer” yaitu sesuatu yang dapat mempertinggi respon. Respon yang diharapkan dapat diberikan penguatan yang bersifat positif maupun negatif. Penguatan positif ialah tanggapan yang diberikan yang bersifat menambah sesuatu pada suasana, seperti dengan tersenyum, atau mengacungkan ibu jari. Peguatan dianggap negatif bila yang diberikan itu mengurangi suasana yang ada yang melahirkan respon. Penguatan dapat bersifat material, sosial, dan aktivitas.
Tujuan utama dari program pengelolaan kontingensi ialah dapat ditransfernya suatu perilaku kedalam situasi yang lain. Termasuk dalam tujuan ini adalah keawetan atau “durability” dari perilaku. Perilaku baru yang diadaptasikan selanjutnya akan menjadi bagian intrinsik dibawah kontrol diri dan pemantauan perseorangan. Pengelolaan kontingensi ini dapat digunakan untuk mengurangi perilaku yang salah kaprah atau “maladaptive behavior” dan model perilaku yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan yang baru. Model ini terutama, sangat tepat digunakan untuk mengembangkan perilaku baru seperti: keterampilan akademis, keterampilan sosial, dan keterampilan mengelola diri. Selain itu dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengubah respon yang bersifat emosional, seperti rasa takut atau rasa cemas.

 2. Sintaks
Model ini memiliki lima tahap (Joyce dan Weil,1986:347) seperti berikut :
Tahap pertamaPerumusan performansi akhir
1.    Mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku yang menjadi sasaran,
2.    Merumuskan secara khusus perilaku akhir
3.    Mengembangkan rencana untuk mengulur dan mencatat perilaku.

Tahap keduaMengkaji perilaku
Mengamati, dan mencatat kekerapan perilaku dan jika perlu, hakikat dan konteks dari perilaku itu.

Tahap ketigaMerumuskan Kontingensi
1.   Membuat keputusan mengenai lingkungan
2.   Memilih sarana penguat atau “reinforcers” dan pola pemberian penguatan,
3.  Menuntaskan perencanaan bentuk perilaku akhir.
Tahap keempatMelembagakan Program
1.   Menata lingkungan,
2. Memberikan pengantar bagi para pelajar
3. Memelihara penguatan dan melaksanakan jadwal atau pola penguatan

Tahap kelimaMengevaluasi Program
1.   Mengukur respon yang diharapkan,
2. Membangun kembali kondisi yang lama, mengukur dan mengembalikan para program kontingensi.

 3. Sistem Sosial
Sistem sosial yag perlu dibangun untuk perilaku yang khusus lebih bersifat sangat terstruktur. Guru berfungsi sebagai pengendali sistem penguatan dan lingkungan. Aspek sosial dari model ini lebih bersifat kesepakatan, dalam arti sambil berjalan dapat ditumbuhkan. Demikian juga dalam pola dan dan jadwal pemberian penguatan, guru dapat melakukan kesepakatan dengan para pelajar.

 4 Prinsip Pegelolaan/Reaksi
Prinsip pengelolaan/reaksi guru terhadap para pelajar didasarkan pada prinsip “operant conditioning dan pengelolaan kontingensi. Secara umum, perilaku yang tidak tepat kadang-kadang diabaikan. Sedangkan perilaku yang diinginkan seyogianya dikuatkan.

 5 Sistem Pendukung
Sarana yang diperlukan untuk melaksanakan model ini bervariasi dari situasi kesituasi. Program yang bersifat sederhana mungkin tidak memerlukan sarana pendukung. Sedang program yang bersifat kompleks, memerlukan perencanaan dan alat yang lebih memadai. Guru yang mengembangkan program ini perlu melakukan perencanaan yang cermat,teliti  dan sabar.
Model lain yang berkenaan dengan pengelolaan perilaku ini ialah Model “self-control”. Prinsip-prinsip “operant conditioning” yang dipakai dalam “contingency model” juga digunakan dalam model ini, terutama mengenai pengendalian stimulus dan penguatan yang bersifat positif. Perbedaannya, dalam model ini peranan utama lebih banyak pada partisipan. Kunci utama dalam model ini ialah dalam pengendalian rangsangan yang berbentuk mengubah lingkungan. hal ini dapat dilakukan secara fisik seperti dengan mematikan televisi yang sedang ditonton. Dalam membangkitkan rangsangan, dapat digunakan respon yang paling berbeda atau bertentangan dengan pemikiran. Proses pembentukan perilaku sama-sama berlaku dalam model kontrol diri ini.
Sintaks
Model ini memiliki empat tahap seperti berikut (Joyce dan Weil,1986:363)
Tahap pertamaMemperkenalkan prinsip berlaku
1.      Mengkomunikasikan prinsip bahwa kontrol diri merupakan fungsi dari lingkungan
2.      Menjelaskan prinsip-prinsip khusus pengontrolan diri
3.      Membangun kemauan untuk berpartisipasi

Tahap keduaMembangun Landasan Berpijak
1.      Merumuskan dengan jelas target perilaku yang khusus
2.      Menetapkan langkah dan jadwal pengukuran
3.      Melakukan pengukuran, mencatat kendali rangsangan, memberikan penguatan, dan memberikan respon yang menantang.
Tahap ketigaMenyusun Program kontrol diri
1.      Menetapkan lingkungan yang akan menjadi rangsangan, dan penguat yang akan dipakai.
2.      Merumuskan tujuan jangka pendek dan jangka panjang
3.      Membuat program tertulis, dan
4.      Melakukan kesepakatan melalui pertemuan yang dijadwalkan.
Tahap keempatMemantau dan memperbaiki Program
1.      Melibatkan para pelajar dalam program.
2.      Melakukan pertemuan periodik dengan guru pelatih untuk mereview kemajuan yang dicapai dan memperbaiki program, jika memang diperlukan.
Sistem Sosial
Model ini memiliki struktur yang moderat sampai pada struktur yang rendah. Walaupun guru memiliki peranan dalam mengambil inisiatif, pada akhirnya para pelajar yang melakukan pengendalian dan pemeliharaan berjalannya kegiatan-kegiatan. Dari kegiatan-kegiatan itu, mungkin sebagian melakukan secara mandiri, sebagian lagi secara bersama. Yang harus dicatat, ialah bahwa dalam model ini program yang dilaksanakan merupakan hasil kesepakatan guru dan para pelajar.

Prinsip Pengelolaan/Reaksi
Guru dalam model ini memilki peranan peting yang menentukan dalam keseluruhan program. Secara rinci, dapat dikemukakan bahwa guru seyogianya:
1.      Memberi semangat kepada para pelajar
2.      Menyadari kelemahan dari lingkungan yang dijadikan rangsangan.
3.      Menjamin tersusunya rencana yang realistik,
4.       Membantu para pelajar dalam menerapkan prinsip perilaku tertentu.









BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol/pengendalian diri merupakan upaya dari dalam diri seseorang untuk membentuk tingkah laku positif dan mengurangi tingkah laku yang negatif. Learning self control digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat merubah atau memperbaiki perilaku pebelajar.

B.        Saran.
Kepada semua tenaga pendidik yang berkecimpung di dunia pendidikan hendaknya dalam menghadapi tingkah laku siswa yang terindikasi selalu melakukan hal-hal yang negative dalam pembelajaran di kelas sebaiknya gunakanlah model pembelajaran self control ini, karena model ini cocok dan mudah serta berpotensi untuk dapat merubah perilaku siswa yang kurang baik atau negative.







DAFTAR PUSTAKA

Chaplin,J.P.(2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Dahlan, M. D.(1990). Model-Model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro.
Joyce, Bruce, Weil Marsha, and Emily Calhoun. 2009. Model’s of Teaching (Model-model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tersedia pada http:// repository. upi.edu/operator/upload/s_ind_034158_chapter2.pdfdiakses (14/01/2013).
Sakdiahwati.(2008). Penerapan Metode belajar dalam  Kreativitas Menulis. Tersedia pada.http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalahpeserta/73Sakdiahwi.pdf. diakses (14/01/2013).
Winataputra, Udin S.,(2005) Model-Model Pembelajaran Inovatif, Jakarta, PAU-PPAI-UT
Skinner,B.F, (1969) Contingencies of Reinforcement,USA, appelton century pub.







  MAKALAH
  MODEL PEMBELAJARAN KONTROL DIRI


 










Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426 20060 1 011




  DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
  UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
  SDN KANDANGAN KOTA 2
 OKTOBER 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu dipanjatkan kehadirat Allah Swt. berkat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ”Model  Pembelajaran Kontrol Diri. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa peradaban umat manusia ini dari zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang yang penuh dengan nur ilahiyah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan datang.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan arahan berbagai pihak, khususnya kepala sekolah, rekan-rekan guru dan juga kelurga, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Selanjutnya dengan selesainya pembuatan makalah ini, Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk selesainya makalah ini, dan juga kepada kepala sekolah dan seluruh rekan – rekan guru yang memberikan saran, dan masukan saya ucapkan beribu terima kasih.
Akhirnya, Penulis ucapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca semuanya. Amin.

Kandangan,     Oktober 2016
Penulis,


Budi Rahman
NIP 19820426 20060 1 011
DAFTAR ISI


HalamanSampul........................................................................................................... i
Lembar Pernyataan  .............................................................................................      ii
Kata Pengantar.......................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................... iv

BAB I        PENDAHULUAN
A.  Pendahuluan...................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah  ........................................................................... 1
C.  Tujuan  .............................................................................................. 2

BAB II       PEMBAHASAN
A.    Kontrol Diri.................................................................................. ....... 3
B.     Pendekatan Belajar Kontrol/ Pengendalian Diri  ................................ 3
C.     Model  Kontrol/ Pengendalian Diri  ………....................................... 4

BAB III     KESIMPULAN
A. Kesimupulan..................................................................................... 11
B. Saran  ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......... ..    12















Tidak ada komentar:

Posting Komentar