BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kontrol/pengendalian diri bisa
diterjemahkan sebagai pakem yang akan menjadi rem terhadap perilaku tertentu.
Kaitannya dalam pembelajaran, model ini bisa menjadi salah satu cara membentuk
perilaku peserta didik terhadap kompetensi dasar tertentu. Tapi tanpa adanya
kontrol diri, maka siswa bisa saja terkesan tidak serius dan main-main.
Hal ini disebabkan tidak semua siswa mampu membentuk perilaku baru secara serta
merta.
Diperlukan adanya suatu model atau
pendekatan yang dapat membentuk perilaku yang baik karena menurut beberapa
ahli, perilaku bisa didapat melalui belajar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan kontrol/pengendalian diri?
2.
Apa yang
dimaksud dengan pendekatan belajar kontrol/pengendalian diri (control self
learning)?
3. Bagaimana penerapan model belajar
kontrol/pengendalian diri (control self learning)?
4.
Apa tujuan dan
asumsi belajar kontrol/pengendalian diri?
5. Bagaimana sintax dalam model belajar
kontrol/pengendalian diri?
1.3 TUJUAN
- Untuk mengetahui maksud dari kontrol/pengendalian diri dan kaitannya dengan pembelajaran.
- Untuk mengetahui penerapan model belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning).
- Mengetahui tujuan dan asumsi model belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning).
- Mengetahui sintagmatik model pembelajaran kontrol/pengendalian diri(control self learning).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kontrol Diri
Hurlock (1990) mengatakan kontrol diri
berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan
dalam dirinya. Kemudian Kazdin (1994) menambahkan bahwa kontrol
diri diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang
terbatas dan membantu mengatasi berbagai hal merugikan yang dimungkinkan
berasal dari luar. Menurut Chaplin (2001) kontrol diri adalah kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan
atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan upaya dari dalam diri seseorang untuk
membentuk tingkah laku positif dan mengurangi tingkah laku yang negatif.
Kontrol diri ini dapat diterapkan pada
sebuah model pembelajaran yang dinamakan dengan model kontrol diri. Tujuannya
adalah agar pendidikan bukan hanya menciptakan pengetahuan saja, tapi juga
mampu membentuk perilaku positif dari sebuah pembelajaran melalui pengkontrolan
diri pada perilaku yang negatif.
B.
Pendekatan Belajar
Kontrol/pengendalian Diri (learning self
control)
Skinner,
bapak teori pengolahan perilaku dalam konsepnya tentang operant conditioning,
telah memberikan sumbangan yang besar dan luas dalam pendekatan ini. Pendekatan
ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berperilaku di
berbagai kelompok sosial.
Pendekatan
belajar control/pengawasan diri bertolak dari keyakinan bahwa perilaku peserta
didik merupakan hasil belajar (learned). Karena itu peserta didik harus
diberi kemudahan untuk belajar bagaimana bertanggung jawab secara moral atas
lingkungan personal dan sosial memahami dirinya secara utuh.
Pendekatan
ini digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang produktif dan
menghindarkan peserta didik dari keengganan untuk melibatkan diri dalam
kesempatan belajar yang tersedia secara umum. Peserta didik yang suka
mengganggu temannya, dapat belajar secara lebih produktif untuk berhubungan
dengan temannya. Kemudian peserta didik yang memiliki rasa takut terhadap mata
pelajaran tertentu, dapat belajar bagaimana menghilangkan rasa takut itu dengan
membangun perasaan yang tegar (affirmatif).
C. Model Kontrol/pengendalian Diri
1. Tujuan dan
Asumsi
Para Teoretis
perilaku melihat perilaku sebagai fungsi dari lingkungan langsung yang secara
khusus memberikan rangsangan dan penguatan. Ciri yang paling esensial ialah
hubungan antara respon dan stimulus yang diberi penguatan. Penguatan
hanya diberikan apabila telah ada respon. Kondisi ini disebut “contingent”
atau tergantung pada pengelolaan ketergantungan pada atau “contingency
management” yang menjadi ini dari model Kontrol Diri, merupakan
usaha yang sistematis untuk memberikan rangsangan yang bersifat menguatkan yang
diberikan pada saat-saat tertentu setelah munculnya respon. Orang yang
membangun hubungan kontingensi antara stimulus dan respon ini harus menyadari
akan adanya respon yang memang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Disamping itu juga harus disadari
bahwa stimulus yang bersifat menggali respon sangatlah penting.
Pengelolaan proses kontingensi ini
bertolak dari prinsip “operant conditioning”. Dalam prinsip ini terlibat
peranan “reinforcer” yaitu sesuatu yang dapat mempertinggi respon.
Respon yang diharapkan dapat diberikan penguatan yang bersifat positif maupun
negatif. Penguatan positif ialah tanggapan yang diberikan yang bersifat
menambah sesuatu pada suasana, seperti dengan tersenyum, atau mengacungkan ibu
jari. Peguatan dianggap negatif bila yang diberikan itu mengurangi suasana yang
ada yang melahirkan respon. Penguatan dapat bersifat material, sosial, dan
aktivitas.
Tujuan utama dari program pengelolaan
kontingensi ialah dapat ditransfernya suatu perilaku kedalam situasi yang lain.
Termasuk dalam tujuan ini adalah keawetan atau “durability” dari
perilaku. Perilaku baru yang diadaptasikan selanjutnya akan menjadi bagian
intrinsik dibawah kontrol diri dan pemantauan perseorangan. Pengelolaan
kontingensi ini dapat digunakan untuk mengurangi perilaku yang salah kaprah
atau “maladaptive behavior” dan model perilaku yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan yang baru. Model ini terutama, sangat tepat
digunakan untuk mengembangkan perilaku baru seperti: keterampilan akademis,
keterampilan sosial, dan keterampilan mengelola diri. Selain itu dapat juga
digunakan sebagai alat untuk mengubah respon yang bersifat emosional, seperti
rasa takut atau rasa cemas.
2. Sintaks
Model ini memiliki lima tahap (Joyce dan Weil,1986:347)
seperti berikut :
Tahap pertama: Perumusan performansi akhir
1.
Mengidentifikasi
dan mendefinisikan perilaku yang menjadi sasaran,
2. Merumuskan
secara khusus perilaku akhir
3. Mengembangkan
rencana untuk mengulur dan mencatat perilaku.
Tahap kedua: Mengkaji perilaku
Mengamati, dan mencatat kekerapan perilaku dan jika perlu,
hakikat dan konteks dari perilaku itu.
Tahap ketiga: Merumuskan
Kontingensi
1.
Membuat
keputusan mengenai lingkungan
2.
Memilih
sarana penguat atau “reinforcers” dan pola pemberian penguatan,
3. Menuntaskan perencanaan bentuk
perilaku akhir.
Tahap keempat: Melembagakan Program
1.
Menata
lingkungan,
2. Memberikan pengantar bagi para
pelajar
3. Memelihara penguatan dan melaksanakan jadwal atau
pola penguatan
Tahap kelima: Mengevaluasi Program
1.
Mengukur respon
yang diharapkan,
2. Membangun kembali kondisi yang
lama, mengukur dan mengembalikan para program kontingensi.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial
yag perlu dibangun untuk perilaku yang khusus lebih bersifat sangat
terstruktur. Guru berfungsi sebagai pengendali sistem penguatan dan lingkungan.
Aspek sosial dari model ini lebih bersifat kesepakatan, dalam arti sambil
berjalan dapat ditumbuhkan. Demikian juga dalam pola dan dan jadwal pemberian
penguatan, guru dapat melakukan kesepakatan dengan para pelajar.
4 Prinsip Pegelolaan/Reaksi
Prinsip pengelolaan/reaksi guru
terhadap para pelajar didasarkan pada prinsip “operant conditioning” dan
pengelolaan kontingensi. Secara umum, perilaku yang tidak tepat kadang-kadang
diabaikan. Sedangkan perilaku yang diinginkan seyogianya dikuatkan.
5 Sistem
Pendukung
Sarana yang
diperlukan untuk melaksanakan model ini bervariasi dari situasi kesituasi.
Program yang bersifat sederhana mungkin tidak memerlukan sarana pendukung.
Sedang program yang bersifat kompleks, memerlukan perencanaan dan alat yang
lebih memadai. Guru yang mengembangkan program ini perlu melakukan perencanaan
yang cermat,teliti dan sabar.
Model lain yang
berkenaan dengan pengelolaan perilaku ini ialah Model “self-control”. Prinsip-prinsip “operant
conditioning” yang dipakai dalam “contingency model” juga digunakan
dalam model ini, terutama mengenai pengendalian stimulus dan penguatan yang
bersifat positif. Perbedaannya, dalam model ini peranan utama lebih banyak pada
partisipan. Kunci utama dalam model ini ialah dalam pengendalian rangsangan
yang berbentuk mengubah lingkungan. hal ini dapat dilakukan secara fisik
seperti dengan mematikan televisi yang sedang ditonton. Dalam
membangkitkan rangsangan, dapat digunakan respon yang paling berbeda atau
bertentangan dengan pemikiran. Proses pembentukan perilaku sama-sama berlaku
dalam model kontrol diri ini.
Sintaks
Model ini memiliki empat tahap seperti
berikut (Joyce dan Weil,1986:363)
Tahap pertama: Memperkenalkan
prinsip berlaku
1.
Mengkomunikasikan
prinsip bahwa kontrol diri merupakan fungsi dari lingkungan
2.
Menjelaskan
prinsip-prinsip khusus pengontrolan diri
3.
Membangun
kemauan untuk berpartisipasi
Tahap kedua: Membangun
Landasan Berpijak
1.
Merumuskan
dengan jelas target perilaku yang khusus
2.
Menetapkan
langkah dan jadwal pengukuran
3.
Melakukan
pengukuran, mencatat kendali rangsangan, memberikan penguatan, dan memberikan
respon yang menantang.
Tahap ketiga : Menyusun Program kontrol diri
1.
Menetapkan
lingkungan yang akan menjadi rangsangan, dan penguat yang akan dipakai.
2.
Merumuskan
tujuan jangka pendek dan jangka panjang
3.
Membuat program
tertulis, dan
4.
Melakukan
kesepakatan melalui pertemuan yang dijadwalkan.
Tahap keempat: Memantau dan
memperbaiki Program
1.
Melibatkan para
pelajar dalam program.
2.
Melakukan
pertemuan periodik dengan guru pelatih untuk mereview kemajuan yang dicapai dan
memperbaiki program, jika memang diperlukan.
Sistem Sosial
Model ini
memiliki struktur yang moderat sampai pada struktur yang rendah. Walaupun guru
memiliki peranan dalam mengambil inisiatif, pada akhirnya para pelajar yang
melakukan pengendalian dan pemeliharaan berjalannya kegiatan-kegiatan. Dari
kegiatan-kegiatan itu, mungkin sebagian melakukan secara mandiri, sebagian lagi
secara bersama. Yang harus dicatat, ialah bahwa dalam model ini program yang
dilaksanakan merupakan hasil kesepakatan guru dan para pelajar.
Prinsip
Pengelolaan/Reaksi
Guru dalam
model ini memilki peranan peting yang menentukan dalam keseluruhan program.
Secara rinci, dapat dikemukakan bahwa guru seyogianya:
1.
Memberi
semangat kepada para pelajar
2.
Menyadari
kelemahan dari lingkungan yang dijadikan rangsangan.
3.
Menjamin
tersusunya rencana yang realistik,
4.
Membantu para
pelajar dalam menerapkan prinsip perilaku tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa kontrol/pengendalian diri merupakan
upaya dari dalam diri seseorang untuk membentuk tingkah laku positif dan
mengurangi tingkah laku yang negatif. Learning self control digunakan sebagai salah satu
model pembelajaran yang dapat merubah atau memperbaiki perilaku pebelajar.
B.
Saran.
Kepada semua tenaga pendidik yang berkecimpung di dunia
pendidikan hendaknya dalam menghadapi tingkah laku siswa yang terindikasi
selalu melakukan hal-hal yang negative dalam pembelajaran di kelas sebaiknya
gunakanlah model pembelajaran self control ini, karena model ini cocok dan
mudah serta berpotensi untuk dapat merubah perilaku siswa yang kurang baik atau
negative.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin,J.P.(2006). Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Dahlan, M. D.(1990). Model-Model
Mengajar. Bandung:
CV. Diponegoro.
Joyce, Bruce, Weil Marsha, and Emily Calhoun. 2009. Model’s
of Teaching (Model-model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tersedia pada http://
repository. upi.edu/operator/upload/s_ind_034158_chapter2.pdfdiakses
(14/01/2013).
Sakdiahwati.(2008). Penerapan
Metode belajar dalam Kreativitas Menulis. Tersedia pada.http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalahpeserta/73Sakdiahwi.pdf. diakses
(14/01/2013).
Winataputra, Udin S.,(2005) Model-Model
Pembelajaran Inovatif, Jakarta, PAU-PPAI-UT
Skinner,B.F, (1969) Contingencies of Reinforcement,USA,
appelton century pub.

MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN
KONTROL DIRI
![]() |
Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426
20060 1 011
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI
SELATAN
UPT DINAS
PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
SDN KANDANGAN KOTA 2


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu dipanjatkan
kehadirat Allah Swt. berkat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul ”Model Pembelajaran Kontrol Diri”. Shalawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa peradaban umat manusia
ini dari zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang yang penuh
dengan nur ilahiyah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini
jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan datang.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
dan arahan berbagai pihak, khususnya kepala sekolah, rekan-rekan guru dan juga
kelurga, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga.
Selanjutnya dengan selesainya pembuatan
makalah ini, Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta
ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan
semangat untuk selesainya makalah ini, dan juga kepada kepala sekolah dan seluruh rekan – rekan guru yang memberikan saran, dan masukan saya ucapkan beribu terima kasih.
Akhirnya, Penulis ucapkan semoga makalah
ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca semuanya. Amin.
Kandangan,
Oktober 2016
Penulis,
Budi Rahman


HalamanSampul........................................................................................................... i
Lembar
Pernyataan
............................................................................................. ii
Kata Pengantar.......................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan
.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kontrol Diri.................................................................................. ....... 3
B. Pendekatan Belajar Kontrol/
Pengendalian Diri ................................ 3
C. Model Kontrol/ Pengendalian Diri ………....................................... 4
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimupulan..................................................................................... 11
B. Saran
................................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………......... ..
12
![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar