PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Kehidupan manusia tidak
dapat lepas dari kegiatan berbahasa.Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi
antarmanusia.Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat
manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama
manusia.Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan
pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang
bersifat abstrak (Effendi, 1985:5).Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah
menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.Siswa harus menguasai keempat
aspek tersebut agar terampil berbahasa.Dengan demikian, pembelajaran keterampilan
berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa
dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai
alat untuk berkomunikasi.
Salah satu aspek berbahasa
yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86).Keterampilan ini bukanlah
suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun
pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.Namun, keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan
akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk
mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh
penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis.Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan
bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah
yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara
yang baik.Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan
sedini mungkin.
Pentingnya keterampilan
berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi
(2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik,
dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial
berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu.Sedangkan, keuntungan
profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa
berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Pentingnya penguasaan
keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris
(Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting
dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis,
dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan
pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Keterampilan berbicara harus
dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar. Keberhasilan
belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah
sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak
mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Menurut pandangan whole
language berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama
dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan teresebut dapat dilihat
bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan
berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa
sekaligus, melainkan dapat hanya menggabungkan dua keterampilan berbahasa saja
sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.
Menurut Badudu (1993:131)
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas masih terkesan bahwa guru terlalu banyak menyuapi materi,
guru kurang mengajak siswa untuk lebih aktif menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Proses pembelajaran di kelas yang tidak relevan dengan yang
diharapkan, mengakibatkan kemampuan berbicara siswa menjadi rendah. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa
Sekolah Dasar adalah penerapan pendekatan pengalaman berbahasa dalam pembelajaran
berbicara siswa Sekolah Dasar.
B.
Rumusan Masalah.
1. Apa factor penunjang dan penghambat kegiatan
berbicara?
2. Apakah pendekatan pengalaman berbahasa dapat
meningkatkan keterampilan berbicara?
3. Bagaimana cara penilaian keterampilan berbicara ?
C.
Tujuan.
1.
Untuk mengetahui apa saja factor penunjang dan penghambat kegiatan
berbicara.
2.
Untuk mengetahui apakah dengan pendekatan pengalaman berbahasa
dapat meningkatkan keterampilan berbicara.
3.
Untuk mengetahui cara penilaian tentang keterampilan berbicara.
B A B II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keterampilan Berbicara
Menurut Nurgiyantoro
(1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia
dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.Berdasarkan
bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan
akhirnya terampil berbicara.Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan
menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 1983:14).Dapat
dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan
sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.
Berdasarkan pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk
mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen
yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya,
apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat
dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah
tidak.
B.
Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara
yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan.Menurut Tarigan
(1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi
efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip
yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun
perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat
dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3)
menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Berdasarkan uraian di `atas
maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain
untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud
apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya
hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara pembicara
dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif
dan efisien.
C.
Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan
komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan
secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau
majelis.Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan
baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan
berbicara.Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan
berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan
bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan
ide dengan lancar dan teratur.
Faktor penunjang pada
kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi a) ketepatan
ucapan, b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai, c) pilihan
kata, d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, e) ketepatan
sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi a) sikap yang
wajar, tenang dan tidak kaku, b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara, c)
kesediaan menghargai orang lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e)
kenyaringan suara, f) kelancaran, g) relevansi, penalaran, h) penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan
kebahasaan (linguitik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).
D.
Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
Ada kalanya proses
komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh
pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor
penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1)
Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan
faktor yang berasal dari luar partisipan.
2)
Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik,
misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
3)
Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi,
misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.
E.
Pengertian Pendekatan
Pendekatan dalam
pembelajaran kemampuan berbahasa dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.
Menurut Muchlisoh (1996:15) mengemukakan bahwa pendekatan merupakan cara yang
dianggap terbaik untuk mencapai sesuatu. Pendekatan adalah suatu metode atau cara
yang digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Definisi ini sesuai dengan harapan dalam proses belajar mengajar,
yaitu siswa dapat memahami suatu konsep pengetahuan dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu
sendiri, pendekatan dalam proses belajar mengajar selalu mengalami
perkembangan.
F.
Pengertian Pendekatan Pengalaman Berbahasa
Pendekatan Pengalaman
Berbahasa merupakan alih kata dari istilah Language Experience Approach (LEA).
Seperti dikutip oleh Harjasujana(1997:196-197) bahwa Huff mendefinisikan LEA
berdasarkan makna yang terkandung dalam unsur-unsur kata pembentuknya, terutama
kata experience dan language. Menurut Huff, experience merupakan
pengalaman seseorang yang diperoleh dari aktivitas tertentu. Sementara itu, language
merupakan cerminan dari empat aspek keterampilan berbahasa yang meliputi
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.LEA dimaknai sebagai suatu pendekatan
dalam pengajaran berbicara yang melibatkan kegiatan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis sebagai cerminan dari pengalaman berbahasa anak.Oka
(Harjasujana, 1997:187) mengatakan bahwa pendekatan pengalaman berbahasa adalah
metode pengajaran penguasaan keterampilan berbahasa yang menggabungkan
pembelajaran berbicara dengan pengalaman bahasa anak yang meliputi menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.Aspek yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran itu meliputi kemampuan berpikir dan kemampuan mengungkapkan
bahasa.
Menurut Harjasujana
(1997:197), hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pendekatan Pengalaman
Berbahasa (PPB) adalah.
1)
PBB merupakan suatu pendekatan pengajaran.
2)
Materi ajar digali dari pembelajar sendiri atau pengalaman
berbahasa si pembelajar itu sendiri.
3)
Pelaksanaan pembelajarannya melibatkan seluruh aspek keterampilan
berbahasa siswa secara integratif.
G.
Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pengalaman Berbahasa
Keunggulan Pendekatan
Pengalaman Berbahasa adalah sebagai berikut.
1.
Sifat Pendekatan Pengalaman Berbahasa dimulai dengan soal
perkembangan bahasa anak. Maksudnya, materi bahan ajar yang digunakan untuk
pengajaran berbicara sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa anak. Tugas untuk
memilih bahan yang cocok menjadi ringan karena wacana yang digunakan sudah
dengan sendirinya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa anak.
2.
Sifat Pendekatan Pengalaman Berbahasa mengintegrasikan semua
kegiatan kebahasaan. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, anak-anak
mendengarkan, berbicara, membaca, dan terkadang menuliskan wacana yang tengah
dikembangkan.
3.
Pendekatan Pengalaman Berbahasa mempunyai sifat wajar.
4.
Pendekatan Pengalaman Berbahasa tidak memerlukan banyak biaya.
Suatu pendekatan yang diterapkan pasti memiliki kelemahan di balik
keunggulannya. Kelemahan Pendekatan Pengalaman Berbahasa adalah sebagai berikut
:
1.
Sifat Pendekatan Pengalaman Berbahasa hanya digunakan pada
pengajaran penguasaan ketrampilan berbahasa tingkat awal. Selanjutnya,
Pendekatan Pengalaman Berbahasa dapat dikembangkan pada pengajaran penguasaan
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis untuk
tingkat lanjut. Hal ini dapat dikembangkan karena ada anak-anak yang duduk di
kelas atas namun kemampuan penguasaan keterampilan berbahasanya masih berada
pada peringkat permulaan.
2.
PBB menuntut waktu yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan pendekatan
yang lain.
3.
PBB menuntut agar selalu menyadari adanya sejumlah keterampilan
dan sejumlah kosakata sehingga guru harus mengetahui apa yang akan diajarkan
dan kapan mengajarkannya.
Dari paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pengajaran kemampuan berbahasa dengan
menggunakan pendekatan pengalaman berbahasa ada beberapa keunggulan dan
kelemahan di dalamnya.Oleh karena itu, alangkah baiknya jika
kelemahan-kelemahan tersebut diatasi terlebih dahulu.
Cara mengatasi kelemahan tersebut diantaranya sebagai berikut:
a.
Guru terlebih dahulu harus mengetahui taraf keterampilan berbahasa
siswa. Setelah itu guru dapat menerapkan Pendekatan Pengalaman Berbahasa dalam
pembelajaran keterampilan berbicara.
b.
Karena Pendekatan Pengalaman Berbahasa menuntut waktu yang lebih
banyak dari metode yang lain, maka guru terlebh dahulu membuat metode yang
tepat dalam pembelajran berbicara denga Pendekatan Pengalaman Berbahasa,
sehingga dalam waktu yang relatif singkat tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c.
Karena dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Pengalaman
Berbahasa melibatkan semua keterampilan berbahasa seperti menyimak, membaca,
dan menulis, serta sejumlah kosakata, maka guru harus dapat memilih
tema-temayang sesuai dengan kemampuan berpikir anak, dan kapan harus
mengajarkannya kepada siswa.
H.
Tujuan dan Asumsi Pendekatan Pengalaman Berbahasa
Menurut Space (Harjasujana,
1997:198) asumsi dasar penggunaan PBB ini adalah ekspresi bahasa lisan siswa
yang didasarkan pada pikiran, perasaan, dan pengalamannya sendiri yang dapat
ditulis dan dibca. Kegiatan ini dapat disamakan sebagaimana halnya siswa
membaca ide-ide orang lain yang telah dituangkan ke dalam wujud tulisan.
Menurut Huff (Harjasujana,
1997:198) Pendekatan Pengalaman Berbahasa menganut pandangan bahwa anak-anak
akan lebih mudah mengenali tulisannya sendiri, karena kata-kata yang tertuang
dalam tulisan tersebut merupakan refleksi atau cerminan dari kehidupannya
sehari-hari. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang akrab dengan
kehidupannya yaitu bahasa yang menggambarkan latar belakang pengalaman
pribadinya.
Pendekatan Pengalaman
Berbahasa merupakan suatu pendekatan yang bisa digunakan untuk pengajaran
berbicara yang diikuti oleh keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa lisan anak merupakan landasan utama
dalam pengelolaan pembelajaran berbicara.Pendekatan Pengalaman berbahasa ini
sangat menekankan arti pentingnya kondisi awal pembelajar dalam hal kemampuan bahasa
lisan.Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran berbicara senantiasa diawali
oleh penggalian pengalaman berbahasa anak yang diungkapkan secara lisan,
kemudian direkam ke dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk kaset.Hasil
rekaman inilah yang kemudian dijadikan alat untuk pembelajaran berbicara.
Dengan kata lain, pendekatan Pengalaman Berbahasa menganut pandangan belajar
dari anak, untk anak, dan oleh anak.
Harapan dari pembelajaran dengan pendekatan seperti inii adalah
pembelajar akan lebih berhasil manakala sejak awal si pembelajar meyakini
dirinya mampu dan bisa melakukan sesuatu. Dengan bahan ajar yang digali dari
siswa sendiri, siswa diharapkan lebih mudah memahami dalam pembelajaran. Dengan
cara seperti ini siswa akan memiliki rasa percaya diri dan menganggap semua
yang dipelajari adalah sesuatu yang bermakna (memiliki nilai guna).
I.
Prosedur PBB dalam Pembelajaran Berbicara
Prosedur Pendekatan Pengalaman Berbahasa dalam pengajaran
berbicara memiliki empat langkah sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi minat, latar belakang pengalaman, dan
fasilitas bahasa lisan anak.
Pada langkah ini, guru berdialog atau mengadakan percakapan ringan
dengan anak. Misalnya bertanya tentang nama, kesukaan, tentang berita atau
kejadian aktual di sekitar lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah.
Langkah ini dimaksudkan untuk merancang dan membangkitkan skemata anak,
sehingga dia dapat mengeluarkan pikiran dan perasaannya pada saat guru
memintanya.
2) Merencanakan dan mendiskusikan pengalaman anak atau topik
tertentu yang dipilih anak.
Langkah ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman bahasa
anak.Melalui rangsangan tertentu yang kemudian dijadikan topik diskusi, guru
membimbing anak untuk dapat mengekspresikan pengalamannya melalui bahasa lisan.
3) Mencatat dan merekam bahasa (cerita) anak
Pembelajaran pada tahap ini, siswa menuliskan ataupun membacakan
hasil tulisannya di depan kelas. Hal ini dimaksudkan bahwa bacaan-bacaan lain
yang ditulis orang lain dihasilkan melalui proses yang sama seperti yang
dilihat dan dialaminya pada saat itu.
4) Mengembangkan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan
Pada langkah ini, barulah pembelajran yang sesungguhnya
dimulai.Berdasarkan hasil rekaman pengalaman berbahasa siswa, guru mengawali
pembelajaran berbicara. Dengan cara membacakan ataupun memperdengarkan hasil
rekaman pada siswa, guru mengajarkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan berbicara serta melatih keterampilan berbicara siswa sampai akhirnya
siswa mempunyai keberanian dan keterampilan dalam menyampaikan gagasan,
pendapat, ide, dan menceritakan kembali kepada orang lain baik secara lisan
maupun secara tertulis.
J.
Penilaian Keterampilan Berbicara
Setiap kegiatan belajar
perlu diadakan penilaian termasuk dalam pembelajaran kegiatan berbicara.Cara
yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu berbicara adalah tes
kemampuan berbicara.Pada prinsipnya ujian keterampilan berbicara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berbicara, bukan menulis, maka penilaian
keterampilan berbicara lebih ditekankan pada praktik berbicara.Untuk mengetahui
keberhasilan suatu kegiatan tertentu perlu ada penilaian.Penilaian yang
dilakukan hendaknya ditujukan pada usaha perbaikan prestasi siswa sehingga
menumbuhkan motivasi pada pelajaran berikutnya.Penilaian kemampuan berbicara
dalam pengajaran berbahasa berdasarkan pada dua faktor, yaitu faktor kebahasaan
dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi lafal, kosakata, dan struktur
sedangkan faktor nonkebahasaan meliputi materi, kelancaran dan gaya (Haryadi,
1997:95).
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang pada
prinsipnya harus memperhatikan lima faktor, yaitu :
a)
Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan
tepat?
b)
Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta rekaman
suku kata memuaskan?
c)
Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa
referensi internall memahami bahasa yang digunakan?
d)
Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang
tepat?
e)
Sejauh manakah “kewajaran” dan “kelancaran” ataupun “kenative-speaker-an”
yang tecermin bila sesorang berbicara?
Penilaian yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berbicara siswa dilakukan melalui tugas
bercerita.Untuk mengevaluasi kemampuan berbicara siswa dibutuhkan format
penilaian berbicara.Berikut merupakan format penilaian berbicara/bercerita yang
dimodifikasi dari penilaian Jakovits dan Gordon (Nurgiyantoro, 2001:290).
Lembar Penilaian Berbicara
Nama : Pengamat
:
Tanggal : Hasil :
Komponen yang Dinilai
|
Skala Nilai
|
Keterangan
|
Lafal
|
5 4 3 2 1
|
|
Kosakata
|
5 4 3 2 1
|
|
Struktur
|
5 4 3 2 1
|
|
Materi
|
5 4 3 2 1
|
|
Kelancaran
|
5 4 3 2 1
|
|
Gaya
|
5 4 3 2 1
|
|
Jumlah
|
|
|
Kriteria Penilaian:
A. Aspek Kebahasaan
a. Lafal
5 Pelafalan fonem
jelas, standar, dan intonasi jelas
4 Pelafalan fonem
jelas, standar, dan intonasi kurang jelas
3 Pelafalan fonem
kurang jelas, terpengaruh dialek, dan intonasi kurang tepat
2 Pelafalan fonem
kurang jelas terpengaruh dialek, dan intonasi tidak tepat.
1 Pelafalan fonem tidak
jelas, banyak dipengaruhi dialek, dan intonasi tidak tepat
b. Kosakata
5 Penguasaan kata-kata, istilah, dan ungkapan yang tepat, sesuai
dan variatif
4 Penggunaan kata, istilah dann ungkapan kurang tepat, kurang sesuai
meskipun variatif
3 Penggunaan kata, istilah dan ungkapan kurang dan kurang sesuai
serta kurang bervariatif
2 Penggunaan kata, istilah dan ungkapan kurang tepat, kurang
sesuai dan sangat terbatas
1 Penggunaan kata, istilah dan ungkapan tidak tepat, tidak sesuai,
dan sangat terbatas
c. Struktur
5 Hampir tidak terjadi
kesalahan struktur
4 Sekali-kali terdapat
kesalahan struktur
3 Kesalahan struktur
terjadi berulang-ulang dan tepat
2 Kesalahan struktur
terjadi berulang-ulang dan banyak jenisnya
1 Kesalahan struktur
banyak, berulang-ulang sehingga mengganggu pemahaman
B. Aspek Nonkebahasaan
a. Materi
5 Topik dan uraian
sesuai, mendalam, mudah dipahami dan unsur wacana lengkap
4 Topik dan uraian
sesuai, kuarang mendalam, agak sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap
3 topik dan uraian
sesuai, kurang mendalam, sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap
2 topik dan uraian
kurang sesuai, kurang mendalam, sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap
1 topik dan uraian
tidak sesuai, tidak mendalam, sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap
b. Kelancaran
5 pembicaraan lancar
sejal awal sampai akhir, jeda tepat
4 Pembicaraan lancar,
jeda kurang tepat
3 Pembicaraan agak
tersendat, jeda kurang tepat
2 Pembicaraan sering
tersendat, jeda tidak tepat
1 Pembicaraan
tersendat-sendat, dan jeda tidak tepat
c. Gaya
5 Gerakan, busana
santun, wajar, tepat, luwes
4 Gerakan, busana
santun, wajar, tepat, kurang luwes
3 Gerakan, buasana santun,
wajar, kurang tepat, kurang luwes
2 Gerakan, busana
kurang santun, kurang wajar, kurang tepat, kurang luwes
1 Gerakan dan busana tidak santun, tidak
wajar, tidak tepat, dan tidak luwes
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap kegiatan pembelajaran
diharapkan dapat mencapai target hasil belajar tertentu. Salah satu target
hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran berbicara di
sekolah dasar adalah siswa. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa
SD karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses
belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan
belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan
berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata
pelajaran.
Pembelajaran berbicara di
sekolah dasar dilaksanakan dengan berbagai metode.Setiap metode pembelajaran
berbicara mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode yang satu
akan melengkapi metode yang lain. Guru dapat memilih salah satu atau
menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi siswa dan tersedianya
sarana pendukung lainnya. Selain itu, guru juga boleh menciptakan model baru
dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara.
Pendekatan pengalaman berbahasa
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
kelancaran dalam berbicara di sekolah dasar, karena dalam pendekatan pengalaman
berbahasa, materi dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan muridnya secara
tatap muka.Dalam kegiatan pengembangan materi itu dapat dikembangkan semua
keterampilan berbahasa; menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Dengan padukannya semua keterampilan dalam suatu kegiatan itu guru
dituntut untuk lebih kreatif..
B. Saran.
Kepada para guru, khususnya guru yang berkecimpung di sekolah
dasar kami himbau bahwa dalam mengajarkan Bahasa Indonesia dalam hal
meningkatkan kemampuan berbicara atau kelancaran dalam berbicara siswa sekolah
dasar, dapat digunakan pendekatan keterampilan pengalaman berbahasa, karena
pendekatan tersebut dapat meningkatkan kelancaran siswa dalam berbicara.
Daftar Pustaka
Burhan Nurgiyantoro.1995. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Haryadi dan
Zamzani. 1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa
Indonesia.Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Muchlisoh, dkk.1996.Pendidikan Bahasa Indonesia 3
Modul 1-9. Jakarta:Depdikbud.
Supriyadi,
dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tompkins, Gail E
& Hosskisson.1993.Language arts: content and teaching strategies.
New York: Macmillan College Publishing Company.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu dipanjatkan
kehadirat Allah Swt berkat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ”Pembelajaran Keterampilan Berbicara Melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa
di Sekolah Dasar”. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa peradaban umat manusia ini dari
zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang yang penuh dengan nur
ilahiyah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini
jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan datang.
Selanjutnya dengan selesainya pembuatan
makalah ini, Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta
ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan
semangat untuk selesainya makalah ini, dan juga kepada kepala sekolah dan seluruh rekan – rekan guru yang memberikan saran, dan masukan saya ucapkan beribu terima kasih.
Akhirnya, Penulis ucapkan semoga makalah
ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca semuanya. Amin.
Kandangan, November
2016
Penulis,
Budi Rahman,
M.Pd
DAFTAR ISI
HalamanSampul......................................................................................... i
Lembar Pengesahan
................................................................................. ii
Kata Pengantar .......................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Berbicara.................................... ................... 3
B. Tujuan Berbicara………………………………………….. 3
C. Factor Pendukung Kegiatan Berbicara.................................................. 4
D. Factor Penghambat Kegiatan Berbicara................................................. 4
E. Pengertian Pendekatan……………………………………. 5
F.
Pengertian
Pendekatan Pengalaman Berbahasa................. ................... 5
G. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pengalaman
berbahasa 6
H. Tujuan dan Asimilasi Pendekatan Pengalaman Berbahasa.................... 7
I.
Prosedur
PBB dalam pembelajaran Berbicara.................... ................... 8
J.
Penilaian
Keterampilan berbicara....................................... ................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimupulan........................................................................................ 12
B. Saran.................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 13
MAKALAH
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DI
SEKOLAH DASAR
Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426
20060 1 011
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI
SELATAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
SDN KANDANGAN KOTA 2
NOVEMBER 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar