BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perubahan
adalah suatu bentuk yang wajar terjadi, bahkan para filosof berpendapat bahwa
tidak ada satupun di dunia ini yang abadi kecuali perubahan. Tampaknya
perubahan ini merupakan sesuatu yang harus terjadi tetapi tidak jarang
dihindari oleh manusia. Semua perubahan akan membawa resiko, tetapi strategi
mempertahankan struktur suatu kurikulum tanpa perubahan akan membawa bencana
dan malapetaka, sebab mengkondisikan kurikulum dalam posisi status quo
menyebabkan pendidikan tertinggal dan generasi bangsa tersebut tidak dapat
mengejar kemajuan yang diperoleh melalui perubahan. Dengan demikian, inovasi
selalu dibutuhkan, terutama dalam bidang pendidikan, untuk mengatasi
masalah-masalah yang tidak hanya terbatas masalah pendidikan tetapi juga
masalah-masalah yang mempengaruhi kelancaran proses pendidikan.
Kata
inovasi sering kali
dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap perubahan dapat dikategorikan
sebagai inovasi. Rogers (1983 : 11) memberikan batasan yang dimaksud dengan
inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru
oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat
sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena
baru mau menerima meskipun sudah lama tahu.
Berdasarkan
batasan dan penjelasan Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi
karena ada permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan
tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah
"pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi).
Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak
konvensional. Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat
unsur-unsur kenyamanan dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya
untuk memperbaiki situasi / keadaan yang berhadapan dengan permasalahan.
Seperti
telah dikemukakan bahwa munculnya suatu inovasi adalah sebagai alternatif
pemecahan masalah, maka langkah pertama pengembangan suatu inovasi didahului
dengan pengenalan terhadap masalah. Rogers (1983). Identifikasi terhadap
masalah inilah yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan
(R&D) atau evaluasi kurikulum, yang dirancang untuk menciptakan suatu
inovasi. Dalam hal ini perlu untuk diperhatikan bahwa inovasi akan mempunyai
makna jika inovasi tersebut diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi
tersebut tidak diterapkan/diadopsi/disebarluaskan maka inovasi tersebut hanya
akan menjadi inovasi yang tidak terpakai. Terhadap pengadopsian ini dikenal
strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi. (disebut penyebaran/difusi
inovasi jika ditinjau dari sisi pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi
merupakan prosedur yang dilihat dari sisi calon pemakai/adopter). Baik strategi
sentralisasi maupun desentralisasi akan memunculkan permasalahan baru pada saat
adopsi/difusinya.
Salah
satu aspek penting dalam konteks pendidikan di manapun adalah dengan
memperhatikan kurikulum yang diusung oleh pendidikan tersebut. Seringkali
kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian bahwa ketidakberhasilan
suatu pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum tersebut berubah.
Padahal, seharusnya dipahami bahwa kurikulum seyogyanya dinamis, harus berubah
mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya. Cuban (1991 : 216)
mengemukakan bahwa untuk memahami perubahan kurikulum perlu untuk dipahami tiga
pokok pemikiran tentang perubahan tersebut yakni (a) rencana perubahan itu
selalu baik, (b) harus dipisahkan antara perubahan (change) dengan kemantapan
(stability), dan (c) apabila rencana perubahan sudah diadopsi maka perlu
untuk dilakukan perbaikan terhadap rencana tersebut (improvement).
Kurikulum 2013 merupakan
salah satu inovasi pendidikan yang ada di Indonesia dan perlu di desiminasikan,
agar pendidikan di negara kita bisa berubah menjadi lebih maju dan sesuai
dengan perkembangan zaman, dalam proses tersebut perlu di analisis sejauh mana
proses difusi inovasi kurikulum 2013 sudah berjalan di lapangan.
B.
Rumusan Masalah
Mengacu
kepada apa yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan yaitu
berkaitan dengan :
1) Bagaimana Esensi Innovasi Kurikulum 2013?
2)
Bagaimana perbedaan kurikulum lama (KTSP) dengan Kurikulum
2013?
3)
Sumber
terjadnya Inovasi Kurikulum 2013?
4)
Karakteristik
Inovasi Kurikulum 2013?
5) Analisis proses difusi Inovasi Kurikulum
2013?
C.
Tujuan
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1) Esensi Innovasi Kurikulum 2013.
2)
Perbedaan kurikulum lama (KTSP) dengan Kurikulum 2013.
3)
Sumber Inovasi Kurikulum 2013.
4)
Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013.
5) Proses difusi Inovasi Kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Esensi Inovasi
Kurikulum 2013
1. Pengertian Inovasi dan Inovasi
Pendidikan.
Secara umum inovasi sering diartikan
sebagai pembaharuan atau perubahan yang terjadi dari suatu keadaan kepada
keadaan lain yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Dalam kamus ilmu sosial
Hugo F. Reading ( 1986 : 204 ) dijelaskan istilah innovation dalam tiga
katagori yaitu “ innovation, innovation material dan innovation non material “.
Innovation
diartikan sebagai elemen cultural baru atau penerimaan tujuan-tujuan cultural
baru oleh individu sembari menolak alat-alat kelembagaan masyarakat. Innovation
material diartikan sebagai inovasi dalam kebudayaan material, sedangkan innovation
non material diartikan sebagai inovasi atau pembaharuan dalam kebudayaan non
material.
Rogers et el (1983) menyatakan “ innovation is an idea,
practice or object as new by an individual “. Artinya bahwa inovasi merupakan
suatu gagasan, ide atau pemikiran, praktek atau praktek kerja, objek atau suatu
produk berupa barang yang dianggap baru oleh seseorang sebagai pihak yang
menerima. Sepintas lalu istilah inovasi hampir sama pengertiannya dengan
perubahan, namun tidak semua perubahan adalah pembaharuan atau inovasi. Suatu
perubahan dapat digolongkan pada inovasi apabila perubahan tersebut dilakukan
dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar menguntungkan bagi
peningkatan kualitas hidup. Pembaharuan dalam sektor pendidikan dilakukan sebagau
upaya sengaja untuk memperbaiki hal-hal tentang pendidikan, baik itu berbentuk
hal, ide, praktek-praktek pendidikan yang baru untuk meningkatkan kemampuan
mencapai tujuan pendidikan secara efektif efisien.
Ahli lainnya seperti Robbins (1994) mengatakan bahwa inovasi
sebagai gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki produk
atau proses dan jasa. Disni Robbins memfokuskan pada tiga hal yaitu : (1)
gagasan baru (2) produk dan jasa (3) usaha perbaikan.
Kemudian Santoso S. Hamijoyo ( 1974 : 8 ) menyatakan
pengertian inovasi pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dalam
kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
istilah inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan
pada keadaan lainnya. Dalam perubahan yang tergolong inovasi, selain terjadi suatu
yang baru harus ada unsur kesengajaan, kualitas yang lebih baik dari sebelumnya
dan mengarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan
2. Inovasi
Pendidikan
Menurut
Hamijoyo (1974) menyatakan pengertian inovasi pendidikan sebagai suatu
perubahan yang baru dalam kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan
sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu
dalam bidang pendidikan
Sedangkan
menurut Ibrahim (1988)
mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau
inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah
suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru
bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi
(penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.
Inovasi (pembaharuan) terkait dengan invention dan discovery. Invention
adalah suatu penemuan sesuatu yang benar benar baru, artinya hasil kreasi
manusia. Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya belum pernah ada, kemudian
diadakan dengan bentuk kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda),
yang benda itu sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui
orang. Jadi, inovasi adalah usaha menemukan benda yang baru dengan jalan
melakukan kegiatan (usaha) baik invention dan discovery.
3. Tujuan Inovasi
Pendidikan
Menurut santoso (1974), tujuan utama
inovasi, yakni meningkatkan sumber sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk
struktur dan prosedur organisasi. Sedangkan menurut kriteria kebutuhan peserta
didik, masyarakat dan pembangunan tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan
efisiensi,relevansi, kualitas, dan efektivitas. Sarana serta jumlah peserta
didik sebanyak banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar besarnya, dengan
jumlah yang sekecil kecilnya.
4. Esensi Inovasi
kurikulum 2013.
Menurut Fathur (2013) yang paling
esensial dalam kurikulum 2013 yaitu mengenai persiapan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan pasca pembelajaran. Persiapan pembelajaran
pembelajaran berkaitan dengan adminstrasi, pelaksanaan pembelajaran berkaitan
dengan metode dan pendekatan, sedangkan pasca pembelajaran berkaitan dengan
penilaian.
a. Administrasi Pembelajaran
Dari
sekian banyak administrasi pembelajaran yang paling penting adalah silabus dan
RPP. Untuk silabus sudah disiapkan oleh pemerintah, sehingga guru tinggal
membuat RPP. Di dalam pembuatan RPP hal penting yang harus ditulis adalah
proses pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan menyimpulkan.
b. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran terdapat paling tidak 3 kata
kunci yang harus guru perhatikan yaitu saintific Aprroch (Pendekatan Ilmiah),
Pembelajaran Berbasis Proyek, dan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Esensi
Pendekatan Ilmiah (Pendekatan Scientific) pada
hakikatnya adalah sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di
kelas-kelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh
sebab itulah, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya
esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran. Ada sebuah
keyakinan bahwa pendekatan ilmiah merupakan sebentuk titian
emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah
afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah
kognitif) siswa.
Pada suatu pendekatan yang dilakukan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para saintis lebih mementingkan penggunaan pelararan induktif (inductive reasoning) daripada penggunaan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat fenomena-fenomena umum untuk kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah simpulan secara keseluruhan (umum). Esensinya, pada penggunaan penalaran induktif, bukti-bukti khusus (spesifik) ditempatkan ke dalam suatu relasi (hubungan) gagasan/ide yang lebih luas (umum). Sedangkan metode ilmiah pada umumnya meletakkan fenomena-fenomena unik dengan kajian khusus/spesifik dan detail lalu setelah itu kemudian merumuskan sebuah simpulan yang bersifat umum.
Metode
ilmiah adalah sebuah metode yang merujuk pada
teknik-teknik penyelidikan terhadap suatu atau beberapa
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru,
atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya. Agar dapat dikatakan sebagai metode yang bersifat ilmiah,
maka sebuah metode penyelidikan/inkuiri/pencarian (method
of inquiry) haruslah didasarkan pada
bukti-bukti dari objek yang dapat
diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Oleh sebab itulah
metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan
data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data,
menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
c. Penilaian Pembelajaran
Penilaian
yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Dalam penilaian
autentik tidak hanya mengandalkan tes tulis, tapi banyak jenis model tes misal
unjuk kerja, observasi, porto folio, dan yang lainya.
Ketiga hal di atas
menurut saya memang merupakan esensi kurikulum 2013. Bila ketiga hal di atas
tidak dilaksanakan maka pada akhirnya sama saja dengan kurikulum sebelumnya,
Jangan sampai kita hanya melaksanakan kurikulum sebatas kulitnya saja.
B. Perbedaan
Kurikulum Lama (KTSP) dengan Kurikulum baru (2013).
Kurikulum 2013
sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah
tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15
Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu
pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut ini adalah
perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP.
No
|
Kurikulum
2013
|
KTSP
|
1
|
SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah
itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang
dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
|
Standar Isi ditentukan terlebih
dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL
(Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
|
2
|
Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
|
lebih menekankan pada aspek
pengetahuan
|
3
|
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
kelas I-VI
|
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
kelas I-III
|
4
|
Jumlah jam pelajaran per minggu
lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
|
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
|
5
|
Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan
pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
|
Standar proses dalam pembelajaran
terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
|
6
|
TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
|
TIK sebagai mata pelajaran
|
7
|
Standar penilaian menggunakan
penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
|
Penilaiannya lebih dominan pada
aspek pengetahuan
|
8
|
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
|
Pramuka bukan ekstrakurikuler
wajib
|
9
|
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas
X untuk jenjang SMA/MA
|
Penjurusan mulai kelas XI
|
10
|
BK lebih menekankan mengembangkan
potensi siswa
|
BK lebih pada menyelesaikan masalah
siswa
|
Itulah beberpa
perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan
yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat
kesamaan esensi Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal
pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran
berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.
Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses
(PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi
masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah
yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan
pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa
menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
C. Sumber Terjadinya Inovasi Kurikulum
2013.
Menurut
Hamijoyo ( 1974; 26 ) awal dari arus informasi dan inovasi biasanya datang dari
dua sumber yaitu dari pihak bawahan atau dari pihak atasan,
pemimpin, badan atau orang-orang institusional. Mengenai sumber datangnya
inovasi dalam bidang pendidikan sekurang-kurangnya ada tiga pandangan, yaitu :
1.
Pertama : Agar pembaharuan dapat
terlaksana dengan penuh makna dan tumbuh berkembang di masyarakat luas,
sebaiknya ide pembaharuan itu muncul dari bawah (change from the grass root).
2.
Kedua : pembaharu berasal dari
atasan, karena tanpa ada restu atau kebijaksanaan dari pihak atas/pusat,
orang-orang yang ada di tingkat bawah dan daerah akan ragu-ragu untuk ikut
menyebarluaskan dan melaksanakan pembaharuan.
3.
Ketiga : Bahwa
yang penting gagasan pembahruan itu berlangsung sedikit demi sedikit, aspek
demi aspek, tetapi berlangsung secara konstan dan kontinue.
Sehubungan dengan inovasi kurikulum 2013, arus informasi
atau sumber terjadinya inovasi berasal dari pihak atasan atau institusi
pemerintah. Karena perubahan akan semakin cepat berhasil apabila diprakarsai
oleh pimpinan atau institusi pemerintah, pemerintah berencana dengan matang
dengan menganalisis kebutuhan-kebutuhan akan pendidikan serta mencarikan
solusinya agar pendidikan berjalan dengan baik sesuai perkembangan zaman.
Dalam realita, berhasil dan tidaknya suatu gagasan baru
akan bergantung juga pada situasi dan kondisi kehidupan soaial, ekonomi,
budaya, politik di mana sistem yang akan dikenai pembaharuan atau inovasi
tersebut. Penggunaan kombinasi sumber inovasi antara atas dan bawah secara
seimbang dan bijaksana merupakan upaya yang menunjukkan tercapainya hasil yang
efektif.
D. Karakteristik Inovasi Kurikulum
2013.
Kurikulum 2013 ini dapat dijabarkan
menurut karakteristik inovasi pendidikan, suatu inovasi memiliki karakteristik
sebagaimana yang dapat menjadi dasar pertimbangan bagi seseorang atau
organisasi untuk menerima atau menolaknya. Menurut Roger (1995 ) terdapat “five attributes of innovations”,
yaitu : (1)Relative advantage, (2)
Compatibility,(3) Complexity, (4)Triability, and (5) Observability.
Untuk lebih jelasnya mengenai
karakteristik kurikulum 2013 tersebut akan dipaparkan sebagai berikut :
1)
Keuntungan relatif.
Kurikulum
2013 mempunyai beberapa keuntungan diantaranya dapat memudahkan siswa dalam
belajar, tidak memberatkan siswa, mempermudah guru dalam mengajar, pembelajaran
jadi lebih bermakna dan menyenangkan siswa.
2)
Kompatibel
Dilihat
dari segi kompatibilitasnya dengan tujuan pendidikan nasional maupun kebutuhan
masyarakat akan pendidikan, kurikulum 2013 dirasakan mempunyai tingkat
kesesuaian yang tinggi dengan penerapan nilai maupun proses pendidikan yang ada
dengan pola pendidikan pada satuan pendidikan.
3)
Kompleksitas
Perkembangan
kurikulum dari waktu ke waktu tiada henti, sesuai dengan perkembangan zaman,
kurikulum 2013 ini hadir merupakan salah satu inovasi yang tiada henti dan
berasal dari suatu analisa yang kompleksitas. Berbagai macam pertimbangan dan
kendala dalam mengimplementasikan merupakan tantangan inovasi yang harus di
lewati, agar inovasi kurikulum tersebut berhasil.
4)
Triabilitas
Apabila
kita lihat di media baik cetak maupun elektronik, banyak yang pro dan kontra,
oleh karena itu evalusi kurikulum memerlukan waktu dalam pelaksanaannya, untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan. Uji atau evaluasi kurikulum bisa saja
dilakukan apabila pelaksanaan implementasi kurikulum sudah berjalan oleh semua
sekolah dan semua jenjang pendidikan.
5)
Dapat diamati
pelaksanaan kurikulum 2013 dapat saja kita amati dan
dipantau pelaksanaannya, baik oleh pengawas ataupun pemangku kepentingan
lainnya, mereka dan kita semua bisa mengamati jalannya pelaksanaan kurikulum
dan bisa mengamati apa saja kendala yang di hadapi di lapangan, sehingga
apabila ada kendala maka segera akan dilakukan tindakan untuk mengatasinya oleh
para fakar dan aahli pendidikan untuk menuju kesempurnaan implementasi
kurikulum 2013.
E. Proses Difusi Inovasi Kurikulum
2013.
Kurikulum 2013 memang
banyak menuai kritik, selain terkesan memaksa juga pelatihannya yang relatif singkat. Akan
tetapi, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) menyatakan, implementasi Kurikulum 2013 siap sesuai jadwal, yaitu
Senin 15 Juli 2013. Berbagai upaya dilakukan untuk memuluskan jalannya
implementasi Kurikulum 2013 agar berhasil.
Kurikulum 2013 merupakan hal yang baru bagi guru dan
masyarakat. Isi, tujuan, struktur, metodenya benar-benar baru dibandingkan
dengan praktik kurikulum sebelumnya. Karena merupakan hal yang baru, maka
implementasi Kurikulum 2013 masuk dalam kategori sebuah inovasi pendidikan.
Banyak teori terkait dengan sebuah inovasi. Salah satu yang sangat tersohor
adalah teorinya Everett Rogers (1983): Diffusion
of Innovations. Menurut Teori Difusi Inovasi Rogers, Kurikulum 2013 bisa
berjalan efektif harus melalui lima tahapan, yakni pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.
1)
Tahap pengetahuan.
Tahap ini sangat penting dilalui oleh guru sebagai ujung
tombak penerapan Kurikulum 2013. Guru harus paham betul mengenai tujuan
Kurikulum 2013, isi kurikulum, metode proses belajar mengajarnya, sampai pada
evaluasinya. Dengan begitu, guru bisa dengan mudah mengimplementasikan tiap
proses pembelajaran Kurikulum 2013.
Keterpahaman guru ditentukan oleh kesiapan guru dalam
membuka diri terhadap pengetahuan dari inovasi (Kurikulum 2013) itu sendiri.
Kesiapan guru lebih penting, mengapa? Karena dalam Kurikulum 2013, guru
diharapkan bisa mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa
yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Dengan demikian, siswa akan memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih
produktif.
Cara terbaik dalam tahap pengetahuan adalah
pelatihan langsung mengenai Kurikulum 2013. Dan ini sudah dilakukan oleh
Kemdikbud untuk memberikan pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan
(PTK). Sepanjang tahap pengetahuan ini, ditanamkan dan diyakinkan pula apa
manfaat Kurikulum 2013 bagi guru dalam pembelajaran. Sehingga guru bisa menaruh
minat terhadap Kurikulum 2013 dan mencari informasi lebih banyak mengenai
Kurikulum 2013. Untuk itu, ada baiknya guru juga memahami Kurikulum 2013 dari
berbagai sumber. Bisa dari buku atau browsing lewat internet, misalnya. Semakin
banyak sumber yang guru peroleh, semakin efektif pula tercapainya tahapan
pengetahuan ini.
2)
Tahap
Pesuasif.
Bila
tahapan pengetahuan tercapai dengan baik, maka akan terjadi selective
perception. Penerima inovasi (guru) akan mempertimbangan
karakteristik Kurikulum 2013 misalnya, keuntungan relatif, kompabilitas,
kerumitan atau kesederhanaannya bila diterapkan. Tahap ini dinamakan tahap persuasi atau penerima inovasi membentuk
sikap berkenan atau tidak berkenan d engan Kurikulum 2013. Diharapkan tahap ini
bisa efektif sehingga terbentuk persepsi yang bagus terhadap Kurikulum 2013.
Dengan begitu, guru bersemangat dan bertekad untuk menerapkannya (tahap
keputusan).
3)
Tahap
Keputusan.
Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang
individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang
mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Dalam hal ini
kurikulum 2013 di adobsi oleh semua satuan pendidikan, terutama satuan
pendidikan yang di tunjuk untuk melaksanakan kurikulum 2013 ini di tahun
pertama. Adopsi ini berawal karena kurikulum baru ini dinilai sesuai dengan
perkembangan zaman sekarang dan lebih banyak menguntungkan serta
kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya, terutama bagi sekolah dasar yang mana
waktu serta mata pelajarannya di persempit, dan pembelajarannya dengan cara
tematik terpadu serta pendekatan saintific.
4)
Tahap
Implementasi.
Atas dasar makna pemahaman terhadap Kurikulum 2013 serta
didukung oleh semangat dan tekad untuk menerapkan, maka guru dibimbing
menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran sehari-hari, di bawah supervisi
dari dekat dan terus menerus dari atasan (kepala sekolah dan pengawas sekolah)
masing-masing. Inilah yang disebut dengan tahap implementasi Kurikulum 2013
yang dimulai kemarin. Implementasi Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap.
Sasaran awalnya adalah 6.329 sekolah yang dipilih oleh Kemdikbud di 33 provinsi.
Skemanya, untuk jenjang SD di kelas I dan IV, jenjang SMP di kelas VII,
sedangkan SMA di kelas X.
Keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 tersebut
berkorelasi secara positif dengan usaha atasan langsung, yaitu kepala sekolah.
Sehingga perlu pendampingan dan supervisi. Kepala sekolah perlu memberikan
penghargaan pada guru, berupa pujian lisan, misalnya atas keberhasilan
menerapkannya, dan koreksi atau penguatan negatif atas kegagalan atau
kekurangberhasilannya. Partisipasi kepala sekolah tidak boleh turun atau lemah
sampai guru telah terbiasa bekerja secara otomatis sesuai dengan prinsip
Kurikulum 2013 yang telah ditetapkan. Bila kebiasaan tersebut telah terbentuk,
maka frekuensi pujian dan penguatan negatif bisa berkurang sampai batas
pelaksanaan pembelajaran tetap efektif dan efisien. Bila terlihat terjadi
penurunan semangat dan kualitas pembelajaran, maka kepala sekolah harus segera
melakukan upaya menaikkannya kembali melalui persuasi lebih dalam, keterlibatan
langsung lebih dekat, supervisi lebih ketat, penghargaan yang lebih dalam, dan
koreksi yang lebih intensif.
Disamping itu, keberhasilannya juga dipengaruhi oleh
karakteristik Kurikulum 2013. Semakin mudah diamati, diikuti, dan
dipraktikkan, maka semangat dan motivasi untuk implementasi akan segera
menyebar dari sekolah ke sekolah berikutnya. Pada akhirnya bisa menjadi gerakan
bersama secara masif dan menjadi tujuan bersama dalam adopsinya.
5)
Tahap Konfirmasi.
Apabila tujuan Kurikulum 2013 telah tercapai dan menjadi
acuan sehari-hari dan masuk dalam kebiasaan atau budaya pembelajaran, maka pada
saat itu institusi pendidikan (sekolah) harus mampu mencari penguat bagi
keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Atau tahap konfirmasi. Pada tahap ini
bisa saja terjadi perubahan keputusan untuk menghentikan penggunaan Kurikulum
2013 (diskontinuansi inovasi) setelah sebelumnya diadopsi. Untuk itu,
diperlukan kerja sama dari agen pembaru, yaitu instruktur nasional (dosen,
widyaiswara, guru berprestasi) yang telah ditunjuk Kemdikbud untuk melakukan
monitoring dan penguatan ke sekolah. Disamping itu, guru diharapkan terus
berupaya meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Dengan begitu,
keputusan menerapkan Kurikulum 2013 bisa bertahan kuat dan kurikulum ini bisa
dikatakan berhasil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Perubahan
dalam kurikulum merupakan hal yang harus dilakukan sejalan dengan perubahan
yang terjadi di masyarakat. Kurikulum sekolah selalu mengikuti perubahan jaman,
sebab jika tidak dilakukan perubahan maka pendidikan tidak dapat menghasilkan
generasi berikut yang tanggap terhadap perkembangan. Kurikulum 2013
merupakan bentuk kurikulum baru yang sarat dengan perubahan / inovasi. Hal ini
dilakukan sebagai jawaban terhadap perlunya mengantisipasi perubahan
masyarakat.
Meskipun
kurikulum berubah, tidak berarti otomatis akan terjadi perubahan dalam proses
implementasi di lapangan. Perubahan tidak akan terjadi apabila guru sebagai
pelaksana pendidikan tidak atau belum melakukan perubahan tersebut. Dalam hal
ini mungkin saja terjadi pengimpangan dari apa yang diharapkan oleh kurikulum
tersebut. Antisipasi terhadap penyimpangan pelaksanaan kurikulum di lapangan
dapat dilakukan jika telah diketahui apa yang menjadi hambatan terhadap
pelaksanaan kurikulum tersebut.
Keberhasilan penerapan Kurikulum 2013
tersebut berkorelasi secara positif dengan usaha atasan langsung, yaitu kepala
sekolah. Sehingga perlu pendampingan dan supervise. Kepala sekolah perlu
memberikan penghargaan pada guru, berupa pujian lisan, misalnya atas
keberhasilan menerapkannya, dan koreksi atau penguatan negatif atas kegagalan
atau kekurang berhasilannya. Partisipasi kepala sekolah tidak boleh turun atau
lemah sampai guru telah terbiasa bekerja secara otomatis sesuai dengan prinsip
Kurikulum 2013 yang telah ditetapkan. Bila kebiasaan tersebut telah terbentuk,
maka frekuensi pujian dan penguatan negatif bisa berkurang sampai batas
pelaksanaan pembelajaran tetap efektif dan efisien. Bila terlihat terjadi
penurunan semangat dan kualitas pembelajaran, maka kepala sekolah harus segera
melakukan upaya menaikkannya kembali melalui persuasi lebih dalam, keterlibatan
langsung lebih dekat, supervisi lebih ketat, penghargaan yang lebih dalam, dan
koreksi yang lebih intensif.
B. Saran.
1) Agar pengembangan
inovasi kurikulum 2013 berjalan efektif dan sesuai dengan harapan maka perlu
partisipasi dari seluruh komponen serta sumber daya manusia dalam suatu
organisasi pendidikan, serta komitmen top manajer harus mampu mengarahkan
transformasi pengetahuan, sikap, dan perilaku sesuai dengan harapan dan tujuan
inovasi pendidikan.
2) Mari berinovasi,
karena sampai kapan pun pendidikan membutuhkan inovasi berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermutu/berkualitas.
C. Rekomendasi
Dari beberapa hal yang sudah disebutkan dalam poin kesimpulan,
maka ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengelola inovasi
kurikulum yaitu:
1) Hendaknya pengajar
dapat melakukan inovasi terhadap beberapa komponen pengajaran yang terkait
seperti materi, metodologi dsb
2) Guru inti atau guru-guru
yang sudah memahami esensi kurikulum 2013 harus mendesiminasikan kepada
rekan-rekannya yang belum memahami.
3) Teruslah berinovasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cuban, L. (1991). Curriculum
Stability and Change. Dalam Handbook of Research on Curriculum. New York
: Macmillan Publishing Co.
Fathur
(2013). Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Di akses melalui http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/.
Pada tanggal 7 Oktober 2015.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion
of Innovations. New York : The Free Press, A Division of Macmillan
Publishing Co. Inc.
Rogers,
E.M. (1995) Diffusion of Inovations. Forth Edition. New York: Free Press.
Hugo
F. Reading (1986). Kamus Ilmu Social: Bandung: Refika Aditama
Ibrahim,
(1988), Inovasi Pendidikan, Jakarta PPLPTK, Ditjen Depdikbud.
Santoso.S.Hamidjoyo,
(1974), Inovasi Pendidikan : Meninjau Beberapa Kerangka Analisis Untuk
Penelitian dan Pelaksanaannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar , Bandung : IKIP
Bandung.
DAFTAR ISI
|
Halaman
|
|
Halaman Judul
|
i
|
|
Daftar Isi
|
ii
|
|
Kata Pengantar
|
iii
|
|
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
1
|
|
A Latar
Belakang ……...................................................
|
1
|
|
B Rumusan
Masalah
……..............................................
|
2
|
|
C
Tujuan
……...............................................................
|
3
|
BAB II
|
PEMBAHASAN
|
4
|
|
A Esensi
Inovasi Kurikulum 2013 ...............................
|
4
|
|
B Perbedaan Kurikulum lama (KTSP) dengan
Kurikulum baru (2013).
|
8
|
|
C Sumber Terjadinya Kurikulum 2013..........................
|
9
|
|
D Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013......................
|
10
|
|
E Proses Difusi Inovasi Kurikulum
2013.......................
|
11
|
BAB III
|
PENUTUP
|
15
|
|
A
Kesimpulan
……......................................................
|
15
|
|
B
Saran
……................................................................
|
16
|
|
C
Rekomendasi ………………………………………..
|
16
|
Daftar Pustaka
|
17
|
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
selalu dipanjatkan kehadirat Allah Swt. berkat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan sebuah makalah untuk menganalisi inovasi pendidikan yang sudah
berjalan, dengan mengangkat judul ” ANALISIS
DIFUSI INOVASI KURIKULUM 2013”. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
yang telah membawa peradaban umat manusia ini dari zaman kegelapan sampai
kepada zaman yang terang benderang yang penuh dengan nur ilahiyah ini.
Penulis menyadari
bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan
datang.
Selanjutnya
Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima
kasih kepada seluruh Keluarga
yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk selesainya makalah
ini, dan juga kepada kepala sekolah
serta rekan-rekan guru yang
memberikan saran, dan masukan saya ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, Penulis
ucapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan para tenaga
pendidik pada umumnya. Amin.
Kandangan, Juni 2016
Penulis,
Budi Rahman
MAKALAH
ANALISIS DIFUSI
INOVASI KURIKULUM 2013
Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426
20060 1 011
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI
SELATAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
SDN KANDANGAN KOTA 2
JUNI 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar