Rabu, 24 Mei 2017

Inovasi Kurikulum 2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perubahan adalah suatu bentuk yang wajar terjadi, bahkan para filosof berpendapat bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang abadi kecuali perubahan. Tampaknya perubahan ini merupakan sesuatu yang harus terjadi tetapi tidak jarang dihindari oleh manusia. Semua perubahan akan membawa resiko, tetapi strategi mempertahankan struktur suatu kurikulum tanpa perubahan akan membawa bencana dan malapetaka, sebab mengkondisikan kurikulum dalam posisi status quo menyebabkan pendidikan tertinggal dan generasi bangsa tersebut tidak dapat mengejar kemajuan yang diperoleh melalui perubahan. Dengan demikian, inovasi selalu dibutuhkan, terutama dalam bidang pendidikan, untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak hanya terbatas masalah pendidikan tetapi juga masalah-masalah yang mempengaruhi kelancaran proses pendidikan.
Kata inovasi sering kali dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap perubahan dapat dikategorikan sebagai inovasi. Rogers (1983 : 11) memberikan batasan yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu.
Berdasarkan batasan dan penjelasan Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional. Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki situasi / keadaan yang berhadapan dengan permasalahan.
Seperti telah dikemukakan bahwa munculnya suatu inovasi adalah sebagai alternatif pemecahan masalah, maka langkah pertama pengembangan suatu inovasi didahului dengan pengenalan terhadap masalah. Rogers (1983). Identifikasi terhadap masalah inilah yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan (R&D) atau evaluasi kurikulum, yang dirancang untuk menciptakan suatu inovasi. Dalam hal ini perlu untuk diperhatikan bahwa inovasi akan mempunyai makna jika inovasi tersebut diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak diterapkan/diadopsi/disebarluaskan maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi yang tidak terpakai. Terhadap pengadopsian ini dikenal strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi. (disebut penyebaran/difusi inovasi jika ditinjau dari sisi pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi merupakan prosedur yang dilihat dari sisi calon pemakai/adopter). Baik strategi sentralisasi maupun desentralisasi akan memunculkan permasalahan baru pada saat adopsi/difusinya.
Salah satu aspek penting dalam konteks pendidikan di manapun adalah dengan memperhatikan kurikulum yang diusung oleh pendidikan tersebut. Seringkali kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum tersebut berubah. Padahal, seharusnya dipahami bahwa kurikulum seyogyanya dinamis, harus berubah mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya. Cuban (1991 : 216) mengemukakan bahwa untuk memahami perubahan kurikulum perlu untuk dipahami tiga pokok pemikiran tentang perubahan tersebut yakni (a) rencana perubahan itu selalu baik, (b) harus dipisahkan antara perubahan (change) dengan kemantapan (stability), dan (c) apabila rencana perubahan sudah diadopsi maka perlu untuk dilakukan perbaikan terhadap rencana tersebut (improvement).
Kurikulum 2013 merupakan salah satu inovasi pendidikan yang ada di Indonesia dan perlu di desiminasikan, agar pendidikan di negara kita bisa berubah menjadi lebih maju dan sesuai dengan perkembangan zaman, dalam proses tersebut perlu di analisis sejauh mana proses difusi inovasi kurikulum 2013 sudah berjalan di lapangan.

B.  Rumusan Masalah
Mengacu kepada apa yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan yaitu berkaitan dengan :
1)      Bagaimana Esensi Innovasi Kurikulum 2013?
2)      Bagaimana perbedaan kurikulum lama (KTSP) dengan Kurikulum 2013?
3)      Sumber terjadnya Inovasi Kurikulum 2013?
4)      Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013?
5)      Analisis proses difusi Inovasi Kurikulum 2013?

C.  Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1)      Esensi Innovasi Kurikulum 2013.
2)      Perbedaan kurikulum lama (KTSP) dengan Kurikulum 2013.
3)      Sumber Inovasi Kurikulum 2013.
4)      Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013.
5)      Proses difusi Inovasi Kurikulum 2013.

























BAB II
PEMBAHASAN

A.  Esensi Inovasi Kurikulum 2013
1. Pengertian Inovasi dan Inovasi Pendidikan.
Secara umum inovasi sering diartikan sebagai pembaharuan atau perubahan yang terjadi dari suatu keadaan kepada keadaan lain yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Dalam kamus ilmu sosial Hugo F. Reading ( 1986 : 204 ) dijelaskan istilah innovation dalam tiga katagori yaitu “ innovation, innovation material dan innovation non material “. Innovation diartikan sebagai elemen cultural baru atau penerimaan tujuan-tujuan cultural baru oleh individu sembari menolak alat-alat kelembagaan masyarakat. Innovation material diartikan sebagai inovasi dalam kebudayaan material, sedangkan innovation non material diartikan sebagai inovasi atau pembaharuan dalam kebudayaan non material.
Rogers et el (1983) menyatakan “ innovation is an idea, practice or object as new by an individual “. Artinya bahwa inovasi merupakan suatu gagasan, ide atau pemikiran, praktek atau praktek kerja, objek atau suatu produk berupa barang yang dianggap baru oleh seseorang sebagai pihak yang menerima. Sepintas lalu istilah inovasi hampir sama pengertiannya dengan perubahan, namun tidak semua perubahan adalah pembaharuan atau inovasi. Suatu perubahan dapat digolongkan pada inovasi apabila perubahan tersebut dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar menguntungkan bagi peningkatan kualitas hidup. Pembaharuan dalam sektor pendidikan dilakukan sebagau upaya sengaja untuk memperbaiki hal-hal tentang pendidikan, baik itu berbentuk hal, ide, praktek-praktek pendidikan yang baru untuk meningkatkan kemampuan mencapai tujuan pendidikan secara efektif efisien.
Ahli lainnya seperti Robbins (1994) mengatakan bahwa inovasi sebagai gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki produk atau proses dan jasa. Disni Robbins memfokuskan pada tiga hal yaitu : (1) gagasan baru (2) produk dan jasa (3) usaha perbaikan.
Kemudian Santoso S. Hamijoyo ( 1974 : 8 ) menyatakan pengertian inovasi pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dalam kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan pada keadaan lainnya. Dalam perubahan yang tergolong inovasi, selain terjadi suatu yang baru harus ada unsur kesengajaan, kualitas yang lebih baik dari sebelumnya dan mengarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan
2. Inovasi Pendidikan
Menurut Hamijoyo (1974) menyatakan pengertian inovasi pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dalam kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan
Sedangkan menurut Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.
Inovasi (pembaharuan) terkait dengan invention dan discovery. Invention adalah suatu penemuan sesuatu yang benar benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya belum pernah ada, kemudian diadakan dengan bentuk kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda), yang benda itu sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui orang. Jadi, inovasi adalah usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) baik invention dan discovery.
3. Tujuan Inovasi Pendidikan
           Menurut santoso (1974), tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Sedangkan menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,relevansi, kualitas, dan efektivitas. Sarana serta jumlah peserta didik sebanyak banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar besarnya, dengan jumlah yang sekecil kecilnya.
4.  Esensi Inovasi kurikulum 2013.
Menurut Fathur (2013) yang paling esensial dalam kurikulum 2013 yaitu mengenai persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan pasca pembelajaran. Persiapan pembelajaran pembelajaran berkaitan dengan adminstrasi, pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan metode dan pendekatan, sedangkan pasca pembelajaran berkaitan dengan penilaian.
a.      Administrasi Pembelajaran
Dari sekian banyak administrasi pembelajaran yang paling penting adalah silabus dan RPP. Untuk silabus sudah disiapkan oleh pemerintah, sehingga guru tinggal membuat RPP. Di dalam pembuatan RPP hal penting yang harus ditulis adalah proses pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan.
b.      Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran terdapat paling tidak 3 kata kunci yang harus guru perhatikan yaitu saintific Aprroch (Pendekatan Ilmiah), Pembelajaran Berbasis Proyek, dan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Esensi Pendekatan Ilmiah (Pendekatan Scientific) pada hakikatnya adalah sebuah proses  pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa kita dipadankan  sebagai sebuah proses  ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum  2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran. Ada sebuah keyakinan bahwa pendekatan  ilmiah merupakan sebentuk titian  emas  perkembangan  dan  pengembangan  sikap (ranah afektif),  keterampilan (ranah psikomotorik), dan  pengetahuan (ranah kognitif) siswa.
Penalaran induktif dan penalaran deduktif

Pada suatu pendekatan yang dilakukan  atau  proses  kerja  yang  memenuhi  kriteria  ilmiah,  para  saintis lebih mementingkan penggunaan pelararan  induktif  (inductive  reasoning) daripada penggunaan penalaran deduktif  (deductive reasoning). Penalaran  deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat  fenomena-fenomena  umum  untuk  kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang  fenomena-fenomena  atau  situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah simpulan  secara keseluruhan (umum). Esensinya, pada penggunaan penalaran  induktif, bukti-bukti khusus (spesifik) ditempatkan ke dalam suatu relasi (hubungan) gagasan/ide yang lebih luas (umum). Sedangkan metode  ilmiah pada umumnya meletakkan  fenomena-fenomena  unik  dengan  kajian  khusus/spesifik dan  detail lalu setelah itu kemudian merumuskan sebuah simpulan yang bersifat umum.

Metode  ilmiah  adalah sebuah metode yang merujuk  pada  teknik-teknik  penyelidikan terhadap suatu  atau  beberapa fenomena atau gejala,  memperoleh  pengetahuan  baru,  atau  mengoreksi  dan  memadukan  pengetahuan sebelumnya.  Agar dapat dikatakan sebagai metode yang bersifat ilmiah, maka sebuah metode  penyelidikan/inkuiri/pencarian (method  of  inquiry)  haruslah  didasarkan pada  bukti-bukti  dari  objek  yang  dapat  diobservasi,  empiris,  dan  terukur  dengan  prinsip-prinsip penalaran  yang  spesifik. Oleh sebab itulah metode  ilmiah  umumnya  memuat  serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
c.       Penilaian Pembelajaran
Penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Dalam penilaian autentik tidak hanya mengandalkan tes tulis, tapi banyak jenis model tes misal unjuk kerja, observasi, porto folio, dan yang lainya.
Ketiga hal di atas menurut saya memang merupakan esensi kurikulum 2013. Bila ketiga hal di atas tidak dilaksanakan maka pada akhirnya sama saja dengan kurikulum sebelumnya, Jangan sampai kita hanya melaksanakan kurikulum sebatas kulitnya saja.

B.  Perbedaan Kurikulum Lama (KTSP) dengan Kurikulum baru (2013).
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut ini adalah perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP.
No
Kurikulum 2013
KTSP
1
SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
TIK sebagai mata pelajaran
7
Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas XI
10
BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan esensi Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.

C.  Sumber Terjadinya Inovasi Kurikulum 2013.
Menurut Hamijoyo ( 1974; 26 ) awal dari arus informasi dan inovasi biasanya datang dari dua sumber yaitu dari pihak bawahan atau dari pihak atasan, pemimpin, badan atau orang-orang institusional. Mengenai sumber datangnya inovasi dalam bidang pendidikan sekurang-kurangnya ada tiga pandangan, yaitu :
1.      Pertama : Agar pembaharuan dapat terlaksana dengan penuh makna dan tumbuh berkembang di masyarakat luas, sebaiknya ide pembaharuan itu muncul dari bawah (change from the grass root).
2.      Kedua : pembaharu berasal dari atasan, karena tanpa ada restu atau kebijaksanaan dari pihak atas/pusat, orang-orang yang ada di tingkat bawah dan daerah akan ragu-ragu untuk ikut menyebarluaskan dan melaksanakan pembaharuan.
3.      Ketiga : Bahwa yang penting gagasan pembahruan itu berlangsung sedikit demi sedikit, aspek demi aspek, tetapi berlangsung secara konstan dan kontinue.

Sehubungan dengan inovasi kurikulum 2013, arus informasi atau sumber terjadinya inovasi berasal dari pihak atasan atau institusi pemerintah. Karena perubahan akan semakin cepat berhasil apabila diprakarsai oleh pimpinan atau institusi pemerintah, pemerintah berencana dengan matang dengan menganalisis kebutuhan-kebutuhan akan pendidikan serta mencarikan solusinya agar pendidikan berjalan dengan baik sesuai perkembangan zaman.
Dalam realita, berhasil dan tidaknya suatu gagasan baru akan bergantung juga pada situasi dan kondisi kehidupan soaial, ekonomi, budaya, politik di mana sistem yang akan dikenai pembaharuan atau inovasi tersebut. Penggunaan kombinasi sumber inovasi antara atas dan bawah secara seimbang dan bijaksana merupakan upaya yang menunjukkan tercapainya hasil yang efektif.

D.  Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 ini dapat dijabarkan menurut karakteristik inovasi pendidikan, suatu inovasi memiliki karakteristik sebagaimana yang dapat menjadi dasar pertimbangan bagi seseorang atau organisasi untuk menerima atau menolaknya. Menurut Roger (1995 ) terdapat “five attributes of innovations”, yaitu : (1)Relative advantage, (2) Compatibility,(3) Complexity, (4)Triability, and  (5) Observability.
Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik kurikulum 2013 tersebut akan dipaparkan sebagai berikut :
1)        Keuntungan relatif.
Kurikulum 2013 mempunyai beberapa keuntungan diantaranya dapat memudahkan siswa dalam belajar, tidak memberatkan siswa, mempermudah guru dalam mengajar, pembelajaran jadi lebih bermakna dan menyenangkan siswa.
2)        Kompatibel
Dilihat dari segi kompatibilitasnya dengan tujuan pendidikan nasional maupun kebutuhan masyarakat akan pendidikan, kurikulum 2013 dirasakan mempunyai tingkat kesesuaian yang tinggi dengan penerapan nilai maupun proses pendidikan yang ada dengan pola pendidikan pada satuan pendidikan.
3)        Kompleksitas
Perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu tiada henti, sesuai dengan perkembangan zaman, kurikulum 2013 ini hadir merupakan salah satu inovasi yang tiada henti dan berasal dari suatu analisa yang kompleksitas. Berbagai macam pertimbangan dan kendala dalam mengimplementasikan merupakan tantangan inovasi yang harus di lewati, agar inovasi kurikulum tersebut berhasil.
4)        Triabilitas
Apabila kita lihat di media baik cetak maupun elektronik, banyak yang pro dan kontra, oleh karena itu evalusi kurikulum memerlukan waktu dalam pelaksanaannya, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Uji atau evaluasi kurikulum bisa saja dilakukan apabila pelaksanaan implementasi kurikulum sudah berjalan oleh semua sekolah dan semua jenjang pendidikan.
5)        Dapat diamati
pelaksanaan kurikulum 2013 dapat saja kita amati dan dipantau pelaksanaannya, baik oleh pengawas ataupun pemangku kepentingan lainnya, mereka dan kita semua bisa mengamati jalannya pelaksanaan kurikulum dan bisa mengamati apa saja kendala yang di hadapi di lapangan, sehingga apabila ada kendala maka segera akan dilakukan tindakan untuk mengatasinya oleh para fakar dan aahli pendidikan untuk menuju kesempurnaan implementasi kurikulum 2013.

E.  Proses Difusi Inovasi Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 memang banyak menuai kritik, selain terkesan memaksa juga  pelatihannya yang relatif singkat. Akan tetapi, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyatakan, implementasi Kurikulum 2013 siap sesuai jadwal, yaitu Senin 15 Juli 2013. Berbagai upaya dilakukan untuk memuluskan jalannya implementasi Kurikulum 2013 agar berhasil.
Kurikulum 2013 merupakan hal yang baru bagi guru dan masyarakat. Isi, tujuan, struktur, metodenya benar-benar baru dibandingkan dengan praktik kurikulum sebelumnya. Karena merupakan hal yang baru, maka implementasi Kurikulum 2013 masuk dalam kategori sebuah inovasi pendidikan. Banyak teori terkait dengan sebuah inovasi. Salah satu yang sangat tersohor adalah teorinya Everett Rogers (1983): Diffusion of Innovations. Menurut Teori Difusi Inovasi Rogers, Kurikulum 2013 bisa berjalan efektif harus melalui lima tahapan, yakni pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi
1)        Tahap pengetahuan.
Tahap ini sangat penting dilalui oleh guru sebagai ujung tombak penerapan Kurikulum 2013. Guru harus paham betul mengenai tujuan Kurikulum 2013, isi kurikulum, metode proses belajar mengajarnya, sampai pada evaluasinya. Dengan begitu, guru bisa dengan mudah mengimplementasikan tiap proses pembelajaran Kurikulum 2013.
Keterpahaman guru ditentukan oleh kesiapan guru dalam membuka diri terhadap pengetahuan dari inovasi (Kurikulum 2013) itu sendiri. Kesiapan guru lebih penting, mengapa? Karena dalam Kurikulum 2013, guru diharapkan bisa mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.
Cara terbaik dalam tahap pengetahuan adalah pelatihan langsung mengenai Kurikulum 2013. Dan ini sudah dilakukan oleh Kemdikbud untuk memberikan pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). Sepanjang tahap pengetahuan ini, ditanamkan dan diyakinkan pula apa manfaat Kurikulum 2013 bagi guru dalam pembelajaran. Sehingga guru bisa menaruh minat terhadap Kurikulum 2013 dan mencari informasi lebih banyak mengenai Kurikulum 2013. Untuk itu, ada baiknya guru juga memahami Kurikulum 2013 dari berbagai sumber. Bisa dari buku atau browsing lewat internet, misalnya. Semakin banyak sumber yang guru peroleh, semakin efektif pula tercapainya tahapan pengetahuan ini.


2)        Tahap Pesuasif.
Bila tahapan pengetahuan tercapai dengan baik, maka akan terjadi selective perception. Penerima inovasi (guru) akan mempertimbangan karakteristik Kurikulum 2013 misalnya, keuntungan relatif, kompabilitas, kerumitan atau kesederhanaannya bila diterapkan. Tahap ini dinamakan tahap persuasi atau penerima inovasi membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan d engan Kurikulum 2013. Diharapkan tahap ini bisa efektif sehingga terbentuk persepsi yang bagus terhadap Kurikulum 2013. Dengan begitu, guru bersemangat dan bertekad untuk menerapkannya (tahap keputusan).
3)        Tahap Keputusan.
Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Dalam hal ini kurikulum 2013 di adobsi oleh semua satuan pendidikan, terutama satuan pendidikan yang di tunjuk untuk melaksanakan kurikulum 2013 ini di tahun pertama. Adopsi ini berawal karena kurikulum baru ini dinilai sesuai dengan perkembangan zaman sekarang dan lebih banyak menguntungkan serta kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya, terutama bagi sekolah dasar yang mana waktu serta mata pelajarannya di persempit, dan pembelajarannya dengan cara tematik terpadu serta pendekatan saintific.
4)        Tahap Implementasi.
Atas dasar makna pemahaman terhadap Kurikulum 2013 serta didukung oleh semangat dan tekad untuk menerapkan, maka guru dibimbing menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran sehari-hari, di bawah supervisi dari dekat dan terus menerus dari atasan (kepala sekolah dan pengawas sekolah) masing-masing. Inilah yang disebut dengan tahap implementasi Kurikulum 2013 yang dimulai kemarin. Implementasi Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap. Sasaran awalnya adalah 6.329 sekolah yang dipilih oleh Kemdikbud di 33 provinsi. Skemanya, untuk jenjang SD di kelas I dan IV, jenjang SMP di kelas VII, sedangkan SMA di kelas X.
Keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 tersebut berkorelasi secara positif dengan usaha atasan langsung, yaitu kepala sekolah. Sehingga perlu pendampingan dan supervisi. Kepala sekolah perlu memberikan penghargaan pada guru, berupa pujian lisan, misalnya atas keberhasilan menerapkannya, dan koreksi atau penguatan negatif atas kegagalan atau kekurangberhasilannya. Partisipasi kepala sekolah tidak boleh turun atau lemah sampai guru telah terbiasa bekerja secara otomatis sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 yang telah ditetapkan. Bila kebiasaan tersebut telah terbentuk, maka frekuensi pujian dan penguatan negatif bisa berkurang sampai batas pelaksanaan pembelajaran tetap efektif dan efisien. Bila terlihat terjadi penurunan semangat dan kualitas pembelajaran, maka kepala sekolah harus segera melakukan upaya menaikkannya kembali melalui persuasi lebih dalam, keterlibatan langsung lebih dekat, supervisi lebih ketat, penghargaan yang lebih dalam, dan koreksi yang lebih intensif.
Disamping itu, keberhasilannya juga dipengaruhi oleh karakteristik Kurikulum 2013.  Semakin mudah diamati, diikuti, dan dipraktikkan, maka semangat dan motivasi untuk implementasi akan segera menyebar dari sekolah ke sekolah berikutnya. Pada akhirnya bisa menjadi gerakan bersama secara masif dan menjadi tujuan bersama dalam adopsinya. 
5)        Tahap Konfirmasi.
Apabila tujuan Kurikulum 2013 telah tercapai dan menjadi acuan sehari-hari dan masuk dalam kebiasaan atau budaya pembelajaran, maka pada saat itu institusi pendidikan (sekolah) harus mampu mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Atau tahap konfirmasi. Pada tahap ini bisa saja terjadi perubahan keputusan untuk menghentikan penggunaan Kurikulum 2013 (diskontinuansi inovasi) setelah sebelumnya diadopsi. Untuk itu, diperlukan kerja sama dari agen pembaru, yaitu instruktur nasional (dosen, widyaiswara, guru berprestasi) yang telah ditunjuk Kemdikbud untuk melakukan monitoring dan penguatan ke sekolah. Disamping itu, guru diharapkan terus berupaya meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Dengan begitu, keputusan menerapkan Kurikulum 2013 bisa bertahan kuat dan kurikulum ini bisa dikatakan berhasil.





BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan.
Perubahan dalam kurikulum merupakan hal yang harus dilakukan sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Kurikulum sekolah selalu mengikuti perubahan jaman, sebab jika tidak dilakukan perubahan maka pendidikan tidak dapat menghasilkan generasi berikut yang tanggap terhadap perkembangan. Kurikulum 2013 merupakan bentuk kurikulum baru yang sarat dengan perubahan / inovasi. Hal ini dilakukan sebagai jawaban terhadap perlunya mengantisipasi perubahan masyarakat.
Meskipun kurikulum berubah, tidak berarti otomatis akan terjadi perubahan dalam proses implementasi di lapangan. Perubahan tidak akan terjadi apabila guru sebagai pelaksana pendidikan tidak atau belum melakukan perubahan tersebut. Dalam hal ini mungkin saja terjadi pengimpangan dari apa yang diharapkan oleh kurikulum tersebut. Antisipasi terhadap penyimpangan pelaksanaan kurikulum di lapangan dapat dilakukan jika telah diketahui apa yang menjadi hambatan terhadap pelaksanaan kurikulum tersebut.
Keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 tersebut berkorelasi secara positif dengan usaha atasan langsung, yaitu kepala sekolah. Sehingga perlu pendampingan dan supervise. Kepala sekolah perlu memberikan penghargaan pada guru, berupa pujian lisan, misalnya atas keberhasilan menerapkannya, dan koreksi atau penguatan negatif atas kegagalan atau kekurang berhasilannya. Partisipasi kepala sekolah tidak boleh turun atau lemah sampai guru telah terbiasa bekerja secara otomatis sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 yang telah ditetapkan. Bila kebiasaan tersebut telah terbentuk, maka frekuensi pujian dan penguatan negatif bisa berkurang sampai batas pelaksanaan pembelajaran tetap efektif dan efisien. Bila terlihat terjadi penurunan semangat dan kualitas pembelajaran, maka kepala sekolah harus segera melakukan upaya menaikkannya kembali melalui persuasi lebih dalam, keterlibatan langsung lebih dekat, supervisi lebih ketat, penghargaan yang lebih dalam, dan koreksi yang lebih intensif.





B.  Saran.

1)      Agar pengembangan inovasi kurikulum 2013 berjalan efektif dan sesuai dengan harapan maka perlu partisipasi dari seluruh komponen serta sumber daya manusia dalam suatu organisasi pendidikan, serta komitmen top manajer harus mampu mengarahkan transformasi pengetahuan, sikap, dan perilaku sesuai dengan harapan dan tujuan inovasi pendidikan.
2)      Mari berinovasi, karena sampai kapan pun pendidikan membutuhkan inovasi berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermutu/berkualitas.


C.  Rekomendasi
Dari beberapa hal yang sudah disebutkan dalam poin kesimpulan, maka ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengelola inovasi kurikulum yaitu:
1)      Hendaknya pengajar dapat melakukan inovasi terhadap beberapa komponen pengajaran yang terkait seperti materi, metodologi dsb
2)      Guru inti atau guru-guru yang sudah memahami esensi kurikulum 2013 harus mendesiminasikan kepada rekan-rekannya yang belum memahami.
3)      Teruslah berinovasi.













DAFTAR PUSTAKA

Cuban, L. (1991). Curriculum Stability and Change. Dalam Handbook of Research on Curriculum. New York : Macmillan Publishing Co.

Fathur (2013). Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Di akses melalui http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/. Pada tanggal  7 Oktober 2015.

Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovations. New York : The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Rogers, E.M. (1995) Diffusion of Inovations. Forth Edition. New York: Free Press.
Hugo F. Reading (1986). Kamus Ilmu Social: Bandung: Refika Aditama
Ibrahim, (1988), Inovasi Pendidikan, Jakarta PPLPTK, Ditjen Depdikbud.

Santoso.S.Hamidjoyo, (1974), Inovasi Pendidikan : Meninjau Beberapa Kerangka Analisis Untuk Penelitian dan Pelaksanaannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar , Bandung : IKIP Bandung.










DAFTAR ISI
                       

Halaman
Halaman Judul
i








Daftar Isi
ii
Kata Pengantar
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1

A     Latar Belakang ……...................................................
1

B     Rumusan Masalah  ……..............................................
2

C     Tujuan   ……...............................................................
3
BAB II
PEMBAHASAN
4

A     Esensi Inovasi Kurikulum 2013 ...............................
4

B     Perbedaan Kurikulum lama (KTSP) dengan Kurikulum baru (2013).
8

C     Sumber Terjadinya Kurikulum 2013..........................
9

D     Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013......................
10

E     Proses Difusi Inovasi Kurikulum 2013.......................
11
BAB III
PENUTUP
15

A     Kesimpulan  ……......................................................
15

B     Saran  ……................................................................
16

C     Rekomendasi ………………………………………..
16
Daftar Pustaka
17












KATA PENGANTAR


Puji dan syukur selalu dipanjatkan kehadirat Allah Swt. berkat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah untuk menganalisi inovasi pendidikan yang sudah berjalan, dengan mengangkat judul ” ANALISIS DIFUSI INOVASI KURIKULUM 2013. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa peradaban umat manusia ini dari zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang yang penuh dengan nur ilahiyah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan datang.
Selanjutnya Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada seluruh Keluarga  yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk selesainya makalah ini, dan juga kepada kepala sekolah serta rekan-rekan guru yang memberikan saran, dan masukan saya ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, Penulis ucapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan para tenaga pendidik pada umumnya. Amin.


Kandangan, Juni 2016
Penulis,


Budi Rahman








  MAKALAH

  ANALISIS DIFUSI INOVASI KURIKULUM 2013
 










Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426 20060 1 011









  DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
  UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
  SDN KANDANGAN KOTA 2
JUNI  2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar