Rabu, 24 Mei 2017

Model Kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Sebagai pelaku pendidik guru dituntut untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum, karena pemahaman guru tentang kurikulum merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang salah satu adalah kemampuan dalam pengembangan kurikulum. Guru harus memahami konsep-konsep kurikulum terutama dalam pengembangan model-model kurikulum karena model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan yang digunakan.
Model pengembangan kurikulum pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu realitas yang lebih praktis sehingga mempermudah pengelolaan kurikulum itu sendiri. Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran, menjelaskan manfaat model dalam pengembangan kurikulum, diantaranya model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan
Atas dasar diatas maka makalah ini membahas tentang beberapa model pengembangan kurikulum sebagai sumbangan pemikiran pengetahuan dalam proses mengembangkan kurikulum, Pengembangan kurikulum dalam bahasan makalah ini mencakup perkembangan kurikulum Model Taba, Model Saylor, Alexander & Lewis, Model Tylor, dan Model Oliva.

BAB II
PEMBAHASAN

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam dunia pendidikan selalu dikembangkan model-model pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada  kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Dalam praktek pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.
Menurut Taba apabila seseorang memahami perkembangan kurikulum sebagai tugas yang membutuhkan keteraturan, maka harus diketahui aturan ketika keputusan dibuat dan bagaimana cara keputusan-keputusan tersebut dibuat, untuk memastikan bahwa semua pertimbangan yang relevan telah tercakup dalam keputusan-keputusan tersebut.
Perkembangan kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan.
Berikut adalah paparan mengenai beberapa model kurikulum dalam pendidikan.



A.    Model Taba
Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan kurikulum. Taba berpendapat bahwa kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum.
Model Pengembangan kurikulum Taba secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
tentang-model-pengembangan-kurikulum-77-1357399903.png
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Taba, yaitu
1.    Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan 1. Perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, dan 2. Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiris dan teruji. Unit –unit eksperimen ini dirancang melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan  menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.          
b.      Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi:
1)        Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
2)        Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
3)        Cara befikir untuk memperkuat,
4)        Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
c.       Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
d.      Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.
e.       Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f.       Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
g.      Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
h.      Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
2.    Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.
3.    Mengadakan revisi dan konsolidasi
Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersana-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
4.    Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang  lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum.
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini.
a.       Apakah lingkup isi telah memadai
b.      Apakah isi telah tersusun secara logis
c.       Apakah pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan dan sikap
d.      Dan apakah konsep dasar telah terakomodasi
Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.
5.    Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Taba mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal dengan model terbalik. Dikatakan model terbalik karena pengembangan kurikulumnya tidak didahului oleh konsep-konsep yang datangnya secara deduktif. Dalam kurikulum Taba sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan yang kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan.
Model Taba sebagai model pembelajaran secara induktif yang terdiri atas langkah-langkah terstruktur yang dibagi menjadi tujuh fase. Guru menjadi motor  penggerak untuk menjangkau fase demi fase melalui pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan kepada siswa secara sambung-menyambung. Tujuan utama model iniadalah pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa di samping penguasaan secara tuntas topik yang dibicarakan. Model Taba berorientasi pada pendekatan proses.
B.     Model Saylor, Alexander dan Lewis
Model ini membentukcurriculum planning process (proses perencanaankurikulum).Untukmengerti model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konseprencana kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka adalah"a plan for providing sets of learning opportunities for persons to be educated", kurikulum merupakanperangkatrencana yang diarahkan pada sekumpulan kesempatan aktivitas pembelajaran bagi individu agar menjadi terdidik.Jadi kurikulum tidaklah hanya sekedar dokumen saja.
Konsep atau pengertian kurikulum dibagi dalam empat pandangan yaitu:
1.      Kurikulum sebagai tujuan (The curriculum as objectives)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan  sebagai pedoman penyelenggaraan  kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2.      Kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana (The curriculum as planned opportunities for learning)
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai.
3.      Kurikulum sebagai mata pelajaran/mata kuliah (The curriculum as subjects and subject matter)
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
4.      Kurikulum sebagai pengalaman (The curriculum as experience).
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.Kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Perencanaan kurikulum merupakan beberapa rencana unit-unit kecil pada bagian-bagian tertentu dari sebuah kurikulum. Langkah-langkah pengembangan kurikulum model Saylor,Alexander, and Lewis lebih rinci dapat dilihat pada gambarberikut :

1.      Perancangan Kurikulum (curriculum design)
Terdapat tiga hal yang berhubungan dengan kurikulum desain ini, yaitu tujuan, objek, dan bidangnya. Model ini di mulai dengan mengidentifikasi tujuan utama pendidikan dan tujuan secara spesifik. Saylor, Alexander, and Lewismengklasifikasikan tujuan menjadi empat domain, yaitu pengembangan pribadi, kompetensi sosial,keterampilan belajar yang berkesinambungan, dan spesialisasi.Pengembang kurikulum harus menentukan kesempatan belajar untuk setiap domain, bagaimana dan kapan kesempatan belajar itu diberikan dan memilih bidang yang akan dikembangkan dalam kurikulum, misalnya pengembangan kurikulum berdasarkan pola sosial sebuah instansi, atau berdasarkan hubungan kebutuhan siswa dan kepentingannya.
2.      Implementasi Kurikulum (Kegiatan belajar Mengajar)
Tahapan dimana untuk menentukan metode dan strategi yang akan digunakan untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan para siswa.
3.      Evaluasi Kurikulum
Langkah-langkah model evaluasi pada Komponen-komponen model kurikulum Saylor, Alexander, and Lewis, yaitu:
a.       Evaluasi Tujuan Kurikulum (Goals, Subgoals, and Objectives)
Pada langkahini, perencana kurikulum harus membuat analisis apakah tujuan kurikulum yang dibuat memang didasari atas kebutuhan masyarakat dan individu.
1)      Analisis kebutuhan masyarakat
Masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat lingkungan pendidikan dimana output pendidikan itu sendiri ditempatkan.
2)      Analisis kebutuhan individu
Individu yang dimaksud adalah peserta didik.
3)      Analisis dari berbagai kelompok dan ahli bidang tertentu
Setelah analisis kebutuhan masyarakat dan individu dilaksanakan maka perencana kurikulum membuat analisis dari berbagai kelompok serta analisis dari ahli bidang tertentu.
4)      Penggunaan data sumatif sebelumnya
Analisis ini dapat dilakukan dengan metode survey. Perencana kurikulum dapat mencari penilaian dari siswa (jika mereka cukup matang), guru, orang tua, dan orang awam lainnya apakah tujuan kurikulum itu memang sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Perencana kurikulum juga harus berkonsultasi dengan ahli pada bidangnya mengenai pencapaian dan keseuaian tujuan kurikulum. Data yang diperoleh dari program ujicoba sebelumnya harus digunakan untuk merevisi tujuan kurikulum sebelum evaluasi berikutnya. Untuk tujuan praktis, selain merujuk pada tujuan kurikulum, perencana kurikulum dapat membuat validasi berdasarkan penilaian dari penilaian berbagai kelompok dan ahli kurikulum lainnya.
b.      Evaluasi Pembelajaran (Instructional)
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan hasil. Berdasarkan hal tersebut, terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan hasil pembelajaran.
1)      Evaluasi masukan pembelajaran
Evaluasi ini menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan guru, strategi pembelajaran yang sesuai, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
2)      Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar peserta didik.
3)      Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Hasil belajar tersebut dapat dilihat berdasarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

C.     MODEL TYLER
Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulumdengan perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunyaBasic Principles of Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihantujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum.Walaupun Tyler mengajukan suatu model yang komprehensif bagi perkembangan kurikulum, bagian pertama dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian dari pendidik lain.
Menurut Tyler ada 4 tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum  yang meliputi :
1.      Menentukan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler yaitu :
a.       Hakikat peserta didik.
b.      Kehidupan masyarakat masa kini
c.       Pandangan para ahli bidang studi.
Selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan nilai filosofis pendidikan serta psikologi belajar.
Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik dan pengembangan sikap social.
2.      Menentukan Proses Pembelajaran
Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah  menentukan pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran.
Pengalaman belajar menunjuk pada aktivitas siswa didalam proses pembelajaran. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah “apa yang akan atau telah dikerjakan oleh siswa” bukan “ apa yang akan atau telah diperbuat guru”. Untuk itulah guruguru sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menetukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan pengalaman siswa sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
Tedapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajaruntuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.
3.      Menetukan Proses Pengalaman Belajar
Langkah yang ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar. Pertama pengorganisasian secara vertikal dan yang kedua secara horizontal. Pengorganisasian seecara vertikal apabila menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Misalkan, pengorganisasian pengalaman belajar yang menguhungkan antara bidang goegrafi di kelas lima dan geografi kelas enam. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal jika kita menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah pada tingkat yang sama. Kedua hubungan ini sangat penting dalam proses mengorganisasikan pengalaman belajar. Misalkan, hubungan vertikal akan memungkinkan siswa memiliki pengalaman belajar yang semakin luasdalam kajian yang sama, sedangkan hubungan horizontal antara pengalaman belajar yang satu dan yang lain akan saling mengisi dan memberikan penguatan.
Ada tiga prinsip dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu :
Prinsip kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat vertikal artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajar selanjutnya. Contohnya, apabila anak diberikan pengalaman belajar tentang pengembangan kemampuan membaca bahan-bahan pelajaran studi sosial, maka harus diyakini bahwa pengalaman belajar tersebut akan dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan berikutnya, contohnya ketermapilan memecahkan masalah-masalah sosial. Prinsip kontinuitas yang bersifat horizontal artinya abahwa suatu pengalaman yang diberikan pada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang lain.
Prinsip urutan isi sebenarnya erat hubungannya dengan kontinuitas, perbedaaannya terletak pada tingkat kesulitan dan keluasan bahasan. Artinya setiap pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Pengalaman belajar yang diberikan dikelas lima harus berbeda dengan pengalaman pada tingkat selanjutnya.
4.      Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Proses evaluasi merupakan lanhgkah yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oelh sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingakah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua, evalusi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu. Dengan demikian , penilaian suatu program tidak mungkin hanya dapat mengandalkan hasil tes siswa setelsh akhir proses pembelajaran. Penilaian mestinya membandingkan antara penilaian awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah siswa melakukan program tersebut. Dari perbandingan itulah akan tampak ada atau tidak adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Ada dua fungsi evaluasi, pertama evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Denga kata lain, bagaimana tingkat pencapaian tujuan atau tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiap siswa. Fungsi ini dinamakan fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. Dengan kata lain, apakah program yang disusun telah dianggap sempurna atau perlu perbaikan. Fungsi ini dinamakan fungsi formatif.
Selengkapnya dapat dilihat dalam gambar berikut :

D.    MODEL OLIVA
Menurut Oliva dalam membuat rencana tentang perkembangankurikulum terbagi menjadi tiga kriteria, yaitu sederhana, komprehensif, dansistematik. Model ini menggambarkan beberapa proses yang berasumsipada model sederhana. Model-model ini terdiri dari 12 komponen. Kedua belaskomponen menggambarkan langkah demi langkah pengembangan kurikulum yangkomprehensif. Model tersebut digambarkan dalam bentuk segi empat dan lingkaran.Segi empat menggambarkan tentang proses perencanaan sedangkan lingkaranmenggambarkan proses operasional seperti dalam gambar di bawah ini:
gambar kurikulum oliva crop.jpg
Proses dimulai dengan komponen I, karena padafase ini para pengembang kurikulum menentukan tujuan dari pendidikan sertalandasan filosofi dan psikologi. Tujuan ini diyakini berasal dari kebutuhanmasyarakat dan kebutuhan hidup individu dimasyarakat.Komponen ini menggabungkankonsep yang sama dengan Tyler.
Komponen II membutuhkan sebuah analisis kebutuhan masyarakatdimana suatu sekolah berada,kebutuhan siswa dilayani oleh masyarakat.
KomponenIII dan IV disebut sebagai tujuan khusus kurikulum berdasarkan tujuan,keyakinan. Tugas dari komponen V adalah untuk mengorganisir danmengimplementasikan kurikulum, membentuk dan membangun struktur dengankurikulum yang akan diorganisir.
Pada komponen VI dan VII menggambarkan perincianlebih lanjut dalam pelaksanaan lewat pengajaran yang mencakup tujuaninstruksional umum dan khusus.
Komponen VIII menunjukkuan strategi agar tujuantercapai dikelas.Sekaligus dalam fase ini pembina kurikulum secara pendahuluanmencari teknik evaluasi(komponen IX) yang dilanjutkan dengan komponen X dimanapembelajaran dilaksanakan.
Komponen XI adalah evaluasi sesungguhnya mengenai prestasisiswa, keefektifan pengajaran. Komponen XII merupakan evaluasi kurikulum ataukeseluruhan program.hal terpenting adalah umpan balik dari setiap evaluasiuntuk pengembangan lebih lanjut.
Jadi inti dari semua komponen adalah komponen Isampai IV dan VI sampai IX adalah tahap perencanaan, sementara X-XII adalahtahap operasional. Komponen V merupakan perpaduan antara perencanaan danoperasional.
Model Oliva dapat dipandang terdiri dari dua submodel:komponen I-Vdan XII sebagai submodel pengembangan kurikulum. Komponen VI-XI sebagai modelpengembangan pengajaran. Secara terperinci model tersebut mengikutilangkah-langkah berikut.
1.      Spesifikasikebutuhan siswa umumnya
2.      Spesifikasikebutuhan masyarakat
3.      Pernyataanfilsafat dan tujuan pendidikan
4.      Spesifikasikebutuahn siswa tertentu
5.      Spesifikasikebutuhan masyarakat lingkungan sekolah
6.      Spesifikasikebutuhan mata pelajaran
7.      Spesifikasitujuan kurikulum sekolah
8.      Spesifikasitujuan kurikulum sekolah lebih lanjut(lebih khusus)
9.      Organisasidan implementasi kurikulum
10.  Spesifikasitujuan instruksional umum
11.  Spesifikasilebih lanjut dan khusus tujuan instruksional
12.  Seleksistrategi instruksional
13.  Seleksiawal strategi evaluasi
14.  Implementasipengajaran/instruksional
15.  Seleksi akhir strategi evaluasi
16.  Evaluasipengajaran dan modifikasi komponen-komponennya
17.  Evaluasikurikulum dan modifikasi komponen-komponen kurikulum
Menurut Oliva, model yang dikembangkannya ini dapat digunakan dalam tiga dimensi,yaitu: pertama, bisa digunakan untuk penyempurnaan kurikulum sekolahdalam bidang-bidang khusus seperti bidang studi tertentu di sekolah, baik dalamtataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, bisadigunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum. Ketiga,bisa digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara lebih khusus.


BAB III
KESIMPULAN

Model pengembangan kurikulummerupakansuatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan san standar pendidikan.
Banyak model pengembangan kurikulum yang telah ada dan masing-masing dari model tersebut memiliki karakteristik yang sama yang mengacu berbasis pada tujuan yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, pesertadidik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakatatau permasalahan sosial.
















DAFTAR  PUSTAKA


Oliva, Peter  F. (1992).The Developing Curriculum, New York: Harper Collins Publisher.
Cuban, L. (1991). Curriculum Stability and Change. Dalam Handbook of Research on Curriculum. New York : Macmillan Publishing Co.



















  MAKALAH
  MODEL KURIKULUM


 










Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426 20060 1 011








  DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
  UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
  SDN KANDANGAN KOTA 2
  APRIL 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu dipanjatkan kehadirat Allah Swt. berkat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ”Model  Kurikulum. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa peradaban umat manusia ini dari zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang yang penuh dengan nur ilahiyah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan datang.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan arahan berbagai pihak, khususnya kepala sekolah, rekan-rekan guru dan juga kelurga, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Selanjutnya dengan selesainya pembuatan makalah ini, Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk selesainya makalah ini, dan juga kepada kepala sekolah dan seluruh rekan – rekan guru yang memberikan saran, dan masukan saya ucapkan beribu terima kasih.
Akhirnya, Penulis ucapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca semuanya. Amin.


Kandangan,     April 2016

Penulis,


Budi Rahman
NIP 19820426 20060 1 011


 
DAFTAR ISI


HalamanSampul........................................................................................................... i
Lembar Pernyataan  .............................................................................................      ii
Kata Pengantar.......................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................... iv

BAB I        PENDAHULUAN
A.  Pendahuluan...................................................................................... 1

BAB II       PEMBAHASAN
A.    Model Taba.................................................................................. ....... 3
B.     Model Saylor, Alexander dan  Lewis…………………...................... 7
C.     Model  Tyler     ………………………........................................ ..... 11
D.    Model Oliva....................................................................................... 16

BAB III     KESIMPULAN
A. Kesimupulan..................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......... ..    20










 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar