PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebagai pelaku pendidik guru
dituntut untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum, karena pemahaman guru
tentang kurikulum merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus
dimiliki oleh guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang salah satu adalah kemampuan dalam
pengembangan kurikulum. Guru harus memahami konsep-konsep kurikulum terutama
dalam pengembangan model-model kurikulum karena model-model pengembangan
kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada kelebihan dan
kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan yang digunakan.
Model pengembangan kurikulum pada
dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
sesuatu realitas yang lebih praktis sehingga mempermudah pengelolaan kurikulum
itu sendiri. Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran, menjelaskan manfaat model
dalam pengembangan kurikulum, diantaranya model dapat menjelaskan beberapa
aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh
pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu
proses yang bersifat kompleks dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan kegiatan
Atas dasar diatas maka makalah ini
membahas tentang beberapa model pengembangan kurikulum sebagai sumbangan
pemikiran pengetahuan dalam proses mengembangkan kurikulum, Pengembangan
kurikulum dalam bahasan makalah ini mencakup perkembangan kurikulum Model Taba,
Model Saylor, Alexander & Lewis, Model Tylor, dan Model Oliva.
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam dunia pendidikan selalu dikembangkan model-model
pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki
karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam
pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan
basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang
menekankan pada kebutuhan mata
pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan
masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang
dihasilkan bisa efektif.
Dalam praktek pengembangan kurikulum sering terjadi
cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya disiplin ilmu
yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan
kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.
Menurut Taba
apabila seseorang memahami perkembangan kurikulum sebagai tugas yang
membutuhkan keteraturan, maka harus diketahui aturan ketika keputusan dibuat
dan bagaimana cara keputusan-keputusan tersebut dibuat, untuk memastikan bahwa
semua pertimbangan yang relevan telah tercakup dalam keputusan-keputusan
tersebut.
Perkembangan
kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk
merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan.
Berikut adalah paparan mengenai beberapa model
kurikulum dalam pendidikan.
A. Model Taba
Taba menggunakan pendekatan akar
rumput (grass-roots approach)
bagi perkembangan kurikulum. Taba berpendapat bahwa kurikulum harus dirancang
oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus
memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi
murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum
umum.
Model Pengembangan kurikulum Taba
secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Taba,
yaitu
1.
Membuat
unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam
kegiatan ini perlu mempersiapkan 1. Perencanaan berdasarkan pada teori-teori
yang kuat, dan 2. Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan
data yang empiris dan teruji. Unit –unit eksperimen ini dirancang melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.
Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan
kurikulum dimulai dengan menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui
diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan
latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah,
kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses
pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan
direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut
difungsikan.
b.
Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa
didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan
tujuan akan meliputi:
1)
Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
2)
Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
3)
Cara befikir untuk memperkuat,
4)
Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
c.
Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai
dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi bukan saja
didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan
tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk
siswa.
d.
Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya
isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada
tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.
e.
Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan
pengalaman-pengalaman belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan
kurikulum.
f.
Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru
selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang
telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar
mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
g.
Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda
penentuan alat evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat
dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau
belum.
h.
Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian
ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar,
dan tipe-tipe belajar siswa.
2.
Menguji unit
eksperimen
Unit yang
sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada
berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui
tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai
penyempurnaan.
3.
Mengadakan
revisi dan konsolidasi
Setelah
langkah pengujian, maka langkah selanjutnya melakukan revisi dan konsolidasi.
Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun sebelumnya.
Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu
penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang
digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersana-sama dengan coordinator
kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah
diuji dilapangan. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan
(konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan
bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah
memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih
luas.
4.
Pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
Apabila
dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang
lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para
ahli kurikulum.
Ada beberapa
pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini.
a.
Apakah
lingkup isi telah memadai
b.
Apakah isi
telah tersusun secara logis
c.
Apakah
pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual,
keterampilan dan sikap
d.
Dan apakah
konsep dasar telah terakomodasi
Perkembangan
yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah
berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah
memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional. Pengembangan ini
dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk
dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk
diimplementasikan dan didesiminasikan.
5.
Implementasi
dan desiminasi
Dalam
langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan
sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan
yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang
persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum.
Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian
terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini
benar-benar memadukan teori dan praktek.
Tanggung
jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum
merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap
ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar
untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang
memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya
perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Taba
mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal dengan model
terbalik. Dikatakan model terbalik karena pengembangan kurikulumnya tidak
didahului oleh konsep-konsep yang datangnya secara deduktif. Dalam kurikulum Taba
sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data
dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan yang kemudian disusun teori
atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan.
Model Taba
sebagai model pembelajaran secara induktif yang terdiri atas langkah-langkah
terstruktur yang dibagi menjadi tujuh fase. Guru menjadi
motor penggerak untuk menjangkau fase demi fase melalui pertanyaan-pertanyaan
yangdiajukan kepada siswa secara
sambung-menyambung. Tujuan utama model iniadalah pengembangan
keterampilan berpikir kritis siswa di samping penguasaan secara tuntas topik yang dibicarakan. Model Taba
berorientasi pada pendekatan proses.
B.
Model Saylor, Alexander dan Lewis
Model ini membentukcurriculum planning process (proses perencanaankurikulum).Untukmengerti model ini, kita harus menganalisa konsep
kurikulum dan konseprencana kurikulum
mereka. Kurikulum menurut mereka adalah"a plan for providing sets of learning opportunities for
persons to be educated", kurikulum
merupakanperangkatrencana yang diarahkan
pada sekumpulan kesempatan aktivitas pembelajaran bagi individu agar menjadi
terdidik.Jadi kurikulum tidaklah hanya sekedar dokumen saja.
Konsep
atau pengertian kurikulum dibagi dalam empat pandangan yaitu:
1.
Kurikulum
sebagai tujuan (The curriculum as objectives)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
2.
Kurikulum
sebagai kesempatan belajar yang terencana (The curriculum as planned
opportunities for learning)
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah
laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain,
sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar.
Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud
tersebut dapat tercapai.
3.
Kurikulum
sebagai mata pelajaran/mata kuliah (The curriculum as subjects and subject
matter)
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata
ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang
pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran
tersebut mengisis materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga
memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
4.
Kurikulum
sebagai pengalaman (The curriculum as experience).
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.Kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja,
melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan
yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Perencanaan
kurikulum merupakan beberapa rencana unit-unit kecil pada bagian-bagian
tertentu dari sebuah kurikulum. Langkah-langkah pengembangan kurikulum model
Saylor,Alexander, and Lewis lebih rinci
dapat dilihat pada gambarberikut :

1.
Perancangan
Kurikulum (curriculum design)
Terdapat tiga hal yang berhubungan dengan
kurikulum desain ini, yaitu tujuan, objek, dan bidangnya. Model ini di mulai
dengan mengidentifikasi tujuan utama pendidikan dan tujuan secara spesifik.
Saylor, Alexander, and Lewismengklasifikasikan
tujuan menjadi empat domain, yaitu pengembangan pribadi, kompetensi
sosial,keterampilan belajar yang berkesinambungan, dan spesialisasi.Pengembang
kurikulum harus menentukan kesempatan belajar untuk setiap
domain, bagaimana dan kapan kesempatan belajar itu diberikan dan
memilih bidang yang akan dikembangkan dalam kurikulum, misalnya pengembangan
kurikulum berdasarkan pola sosial sebuah instansi, atau berdasarkan hubungan
kebutuhan siswa dan kepentingannya.
2.
Implementasi
Kurikulum (Kegiatan belajar Mengajar)
Tahapan dimana untuk menentukan metode dan strategi yang akan digunakan
untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan para siswa.
3.
Evaluasi
Kurikulum
Langkah-langkah model evaluasi pada Komponen-komponen model kurikulum Saylor,
Alexander, and Lewis, yaitu:
a.
Evaluasi
Tujuan Kurikulum (Goals, Subgoals, and Objectives)
Pada langkahini, perencana kurikulum harus membuat
analisis apakah tujuan kurikulum yang dibuat memang didasari atas kebutuhan
masyarakat dan individu.
1)
Analisis
kebutuhan masyarakat
Masyarakat
dalam hal ini adalah masyarakat lingkungan pendidikan dimana output pendidikan
itu sendiri ditempatkan.
2)
Analisis
kebutuhan individu
Individu
yang dimaksud adalah peserta didik.
3)
Analisis
dari berbagai kelompok dan ahli bidang tertentu
Setelah
analisis kebutuhan masyarakat dan individu dilaksanakan maka perencana
kurikulum membuat analisis dari berbagai kelompok serta analisis dari ahli
bidang tertentu.
4)
Penggunaan
data sumatif sebelumnya
Analisis ini
dapat dilakukan dengan metode survey. Perencana kurikulum dapat mencari penilaian
dari siswa (jika mereka cukup matang), guru, orang tua, dan orang awam lainnya
apakah tujuan kurikulum itu memang sesuai dengan disiplin ilmu tertentu.
Perencana kurikulum juga harus berkonsultasi dengan ahli pada bidangnya
mengenai pencapaian dan keseuaian tujuan kurikulum. Data yang diperoleh dari
program ujicoba sebelumnya harus digunakan untuk merevisi tujuan kurikulum
sebelum evaluasi berikutnya. Untuk tujuan praktis, selain merujuk pada tujuan
kurikulum, perencana kurikulum dapat membuat validasi berdasarkan penilaian
dari penilaian berbagai kelompok dan ahli kurikulum lainnya.
b.
Evaluasi
Pembelajaran (Instructional)
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang
pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi
yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan
pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Pembelajaran
merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan
hasil. Berdasarkan hal tersebut, terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan
sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan hasil
pembelajaran.
1)
Evaluasi
masukan pembelajaran
Evaluasi ini
menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan
sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan guru, strategi
pembelajaran yang sesuai, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran
berlangsung.
2)
Evaluasi
proses pembelajaran
Evaluasi
proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang
dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan,
dan minat, sikap serta cara belajar peserta didik.
3)
Evaluasi
hasil pembelajaran
Evaluasi hasil
pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan tes untuk
melakukan pengukuran hasil belajar. Hasil belajar tersebut dapat dilihat
berdasarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
C.
MODEL TYLER
Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulumdengan
perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunyaBasic Principles of Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihantujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan
dalam lingkungan kurikulum.Walaupun Tyler mengajukan suatu model yang
komprehensif bagi perkembangan kurikulum,
bagian pertama dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian
dari pendidik lain.
Menurut Tyler ada 4 tahap yang harus dilakukan dalam
pengembangan kurikulum yang meliputi :
1.
Menentukan
Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pendidikan merupakan arah atau sasaran yang harus dicapai dalam program
pendidikan dan pembelajaran. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai
sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler yaitu :
a.
Hakikat
peserta didik.
b.
Kehidupan
masyarakat masa kini
c.
Pandangan
para ahli bidang studi.
Selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan nilai
filosofis pendidikan serta psikologi belajar.
Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan
pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh
informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik
dan pengembangan sikap social.
2.
Menentukan
Proses Pembelajaran
Langkah kedua dalam proses
pengembangan kurikulum adalah menentukan
pengalaman belajar (learning experiences)
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengalaman belajar adalah
segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar
bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan
pelajaran.
Pengalaman belajar menunjuk pada
aktivitas siswa didalam proses pembelajaran. Dengan demikian yang harus
dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah “apa yang akan atau telah dikerjakan
oleh siswa” bukan “ apa yang akan atau telah diperbuat guru”. Untuk itulah
guruguru sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta
bagaimana latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi
guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh
pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam
menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menetukan pengalaman
pembelajaran. Kedua, setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga,
setiap rancangan pengalaman siswa sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin
dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
Tedapat beberapa bentuk pengalaman
belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajaruntuk membantu siswa
dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu
mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan
minat.
3.
Menetukan
Proses Pengalaman Belajar
Langkah yang ketiga dalam merancang
suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk
unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini
sangatlah penting, sebab dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah
bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang
nyata bagi siswa.
Ada dua jenis pengorganisasian
pengalaman belajar. Pertama pengorganisasian secara vertikal dan yang kedua
secara horizontal. Pengorganisasian seecara vertikal apabila menghubungkan
pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Misalkan, pengorganisasian pengalaman belajar yang menguhungkan antara bidang
goegrafi di kelas lima dan geografi kelas enam. Sedangkan pengorganisasian secara
horizontal jika kita menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan
sejarah pada tingkat yang sama. Kedua hubungan ini sangat penting dalam proses
mengorganisasikan pengalaman belajar. Misalkan, hubungan vertikal akan
memungkinkan siswa memiliki pengalaman belajar yang semakin luasdalam kajian
yang sama, sedangkan hubungan horizontal antara pengalaman belajar yang satu
dan yang lain akan saling mengisi dan memberikan penguatan.
Ada tiga prinsip dalam
mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu :
Prinsip
kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat vertikal
artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan
yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajar selanjutnya. Contohnya,
apabila anak diberikan pengalaman belajar tentang pengembangan kemampuan
membaca bahan-bahan pelajaran studi sosial, maka harus diyakini bahwa
pengalaman belajar tersebut akan dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan
berikutnya, contohnya ketermapilan memecahkan masalah-masalah sosial. Prinsip
kontinuitas yang bersifat horizontal artinya abahwa suatu pengalaman yang
diberikan pada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh
pengalaman belajar dalam bidang lain.
Prinsip urutan isi sebenarnya erat
hubungannya dengan kontinuitas, perbedaaannya terletak pada tingkat kesulitan
dan keluasan bahasan. Artinya setiap pengalaman belajar yang diberikan kepada
siswa harus memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Pengalaman belajar yang
diberikan dikelas lima harus berbeda dengan pengalaman pada tingkat
selanjutnya.
4.
Menentukan
Evaluasi Pembelajaran
Proses evaluasi merupakan lanhgkah
yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Evaluasi memegang peranan yang cukup penting, sebab
dengan evaluasi dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai oelh sekolah atau belum. Ada dua aspek yang
perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai
apakah telah terjadi perubahan tingakah laku siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua, evalusi sebaiknya menggunakan lebih
dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu. Dengan demikian ,
penilaian suatu program tidak mungkin hanya dapat mengandalkan hasil tes siswa
setelsh akhir proses pembelajaran. Penilaian mestinya membandingkan antara
penilaian awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah siswa
melakukan program tersebut. Dari perbandingan itulah akan tampak ada atau tidak
adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Ada dua fungsi evaluasi, pertama
evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh
peserta didik. Denga kata lain, bagaimana tingkat pencapaian tujuan atau
tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiap siswa. Fungsi ini dinamakan fungsi
sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. Dengan kata
lain, apakah program yang disusun telah dianggap sempurna atau perlu perbaikan.
Fungsi ini dinamakan fungsi formatif.
Selengkapnya dapat dilihat dalam gambar berikut :

D.
MODEL OLIVA
Menurut
Oliva dalam membuat rencana tentang perkembangankurikulum terbagi menjadi tiga
kriteria, yaitu sederhana, komprehensif, dansistematik. Model ini menggambarkan
beberapa proses yang berasumsipada model sederhana. Model-model ini terdiri
dari 12 komponen. Kedua belaskomponen menggambarkan langkah demi langkah
pengembangan kurikulum yangkomprehensif. Model tersebut digambarkan dalam
bentuk segi empat dan lingkaran.Segi empat menggambarkan tentang proses
perencanaan sedangkan lingkaranmenggambarkan proses operasional seperti dalam
gambar di bawah ini:

Proses
dimulai dengan komponen I, karena padafase ini para pengembang kurikulum
menentukan tujuan dari pendidikan sertalandasan filosofi dan psikologi. Tujuan
ini diyakini berasal dari kebutuhanmasyarakat dan kebutuhan hidup individu
dimasyarakat.Komponen ini menggabungkankonsep yang sama dengan Tyler.
Komponen
II membutuhkan sebuah analisis kebutuhan masyarakatdimana suatu sekolah
berada,kebutuhan siswa dilayani oleh masyarakat.
KomponenIII
dan IV disebut sebagai tujuan khusus kurikulum berdasarkan tujuan,keyakinan.
Tugas dari komponen V adalah untuk mengorganisir danmengimplementasikan
kurikulum, membentuk dan membangun struktur dengankurikulum yang akan
diorganisir.
Pada
komponen VI dan VII menggambarkan perincianlebih lanjut dalam pelaksanaan lewat
pengajaran yang mencakup tujuaninstruksional umum dan khusus.
Komponen
VIII menunjukkuan strategi agar tujuantercapai dikelas.Sekaligus dalam fase ini
pembina kurikulum secara pendahuluanmencari teknik evaluasi(komponen IX) yang
dilanjutkan dengan komponen X dimanapembelajaran dilaksanakan.
Komponen
XI adalah evaluasi sesungguhnya mengenai prestasisiswa, keefektifan pengajaran.
Komponen XII merupakan evaluasi kurikulum ataukeseluruhan program.hal
terpenting adalah umpan balik dari setiap evaluasiuntuk pengembangan lebih
lanjut.
Jadi
inti dari semua komponen adalah komponen Isampai IV dan VI sampai IX adalah tahap
perencanaan, sementara X-XII adalahtahap operasional. Komponen V merupakan
perpaduan antara perencanaan danoperasional.
Model Oliva dapat dipandang terdiri
dari dua submodel:komponen I-Vdan XII sebagai submodel pengembangan kurikulum.
Komponen VI-XI sebagai modelpengembangan pengajaran. Secara terperinci model
tersebut mengikutilangkah-langkah berikut.
1. Spesifikasikebutuhan siswa umumnya
2. Spesifikasikebutuhan masyarakat
3. Pernyataanfilsafat dan tujuan pendidikan
4. Spesifikasikebutuahn siswa tertentu
5. Spesifikasikebutuhan masyarakat
lingkungan sekolah
6. Spesifikasikebutuhan mata pelajaran
7. Spesifikasitujuan kurikulum sekolah
8. Spesifikasitujuan kurikulum sekolah
lebih lanjut(lebih khusus)
9. Organisasidan implementasi kurikulum
10. Spesifikasitujuan instruksional umum
11. Spesifikasilebih lanjut dan khusus
tujuan instruksional
12. Seleksistrategi instruksional
13. Seleksiawal strategi evaluasi
14. Implementasipengajaran/instruksional
15. Seleksi akhir strategi evaluasi
16. Evaluasipengajaran dan modifikasi
komponen-komponennya
17. Evaluasikurikulum dan modifikasi
komponen-komponen kurikulum
Menurut
Oliva, model yang dikembangkannya ini dapat digunakan dalam tiga dimensi,yaitu:
pertama, bisa digunakan untuk penyempurnaan kurikulum sekolahdalam
bidang-bidang khusus seperti bidang studi tertentu di sekolah, baik
dalamtataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua,
bisadigunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum.
Ketiga,bisa digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara lebih
khusus.
BAB
III
KESIMPULAN
Model
pengembangan kurikulummerupakansuatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain
(designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan san standar pendidikan.
Banyak
model pengembangan kurikulum yang telah ada dan masing-masing dari model
tersebut memiliki karakteristik yang sama yang mengacu berbasis pada tujuan
yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan
pada kebutuhan mata pelajaran, pesertadidik, penguasaan kompetensi suatu
pekerjaan, kebutuhan masyarakatatau permasalahan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Oliva, Peter F. (1992).The Developing Curriculum,
New York: Harper Collins Publisher.
Cuban, L. (1991). Curriculum
Stability and Change. Dalam Handbook of Research on Curriculum. New York :
Macmillan Publishing Co.

MAKALAH
MODEL KURIKULUM
![]() |
Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426
20060 1 011
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI
SELATAN
UPT DINAS
PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
SDN KANDANGAN KOTA 2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
selalu dipanjatkan kehadirat Allah Swt. berkat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ”Model Kurikulum”. Shalawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa peradaban umat manusia
ini dari zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang yang penuh
dengan nur ilahiyah ini.
Penulis menyadari
bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan
datang.
Selesainya makalah ini
tidak terlepas dari bantuan dan arahan berbagai pihak, khususnya kepala
sekolah, rekan-rekan guru dan juga kelurga, dan teman-teman yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Selanjutnya dengan
selesainya pembuatan makalah ini, Penulis juga memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang
telah memberikan dukungan dan semangat untuk selesainya makalah ini, dan juga
kepada kepala sekolah dan seluruh rekan – rekan guru yang memberikan saran, dan masukan saya ucapkan beribu terima kasih.
Akhirnya, Penulis ucapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca
semuanya. Amin.
Kandangan, April 2016
Penulis,
Budi Rahman
NIP 19820426 20060 1 011
![]() |
DAFTAR ISI
HalamanSampul........................................................................................................... i
Lembar Pernyataan ............................................................................................. ii
Kata Pengantar.......................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Taba.................................................................................. ....... 3
B. Model Saylor, Alexander dan Lewis…………………...................... 7
C. Model Tyler
………………………........................................ ..... 11
D. Model Oliva....................................................................................... 16
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimupulan..................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......... .. 20
![]() |
|||
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar