KONSTRUKTIVISME
A.
PENDAHULUAN
Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan
filosofis yang memandang bahwa masing-masing individu membentuk atau membangun
sebagian besar dariapa yang mereka pelajari dan pahami (Bruning
et al., 2004). Pengaruh besar yang mendorong kemunculan konstruktivisme adalah
teori dan penelitian dalam ilmu perkembangan manusia, terutama teori-teori
Piaget dan Vygotsky.Teori-teori mereka merupakan peletak fondasi bagi gerakan
para konstruktivis.Penekanan yang diberikan teori-teori ini terhadap peran konstruksi
pengetahuan merupakan hal pokok dalam konstruktivisme.
Dalam tahun-tahun belakangan ini, konstruktivisme
makin banyak diaplikasikan dalam pembelajaran dan pengajaran.Sejarah dan teori
pembelajaran memperlihatkan peralihan dan pengaruh-pengaruh lingkungan ke
faktor-faktor manusia sebagai penjelasan-penjelasan bagi
penbelajaran.Pergeseran ini dimulai dengan bangkitnya psikologi kognitif yang
menentang pernyataan behaviorisme bahwa stimulus-stimulus, respon-respons dan
akibat-akibat sudah memadai untuk menjelaskan tentang pembelajaran.Teori-teori kognitif
memberikan banyak penekanan pada pengolahan informasi siswa sebagai penyebab
utama dari pembelajaran.Meskipun teori-teori pembelajaran kognitif tampak
elegan, sebagian peneliti merasa bahwa teori-teori tesebut tidak dapat
menangkap kompleksitas dari pembelajaran manusia. Point ini digaris bawahi oleh
fakta bahwa sebagian persepektif menggunakan terminologi behavioral
seperti”otomatis” kinerja dan “pembentukan koneksi-koneksi” antar item dalam
memori.
Saat ini sejumlah peneliti pembelajaraan telah
beralih makin jauh ke arah fokus perhatian
siswa. Alih-alih berbicara tentang bagaimana pengetahuan diperoleh, mereka
berbicara tentang bagaimana pengetahuan dibangun.Meskipun peneliti-peneliti ini
memberikan penekanan yang berbeda-beda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi
proses-proses kognitif pembelajaran dan siswa, perspektif-perspektif teoritis
yang mereka gunakan secara garis besar dapat dikelompokan dan disebut sebagai
konstruktivisme.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu Bagaimanakah
teori konsktivisme ?
C. TUJUAN
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
tentang teori konstruktivisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSTRUKTIVISME : ASUMSI-ASUMSI DAN PERSPEKTIF
Banyak peneliti dan praktisi mempertanyakan beberapa
asumsi psikologi kognitif tentang
pembelajaran dan pengajaran karena mereka yakin asumsi-asumsi ini tidak
sepenuhnya menjelaskan pembelajaran dan pemahaman siswa. Asumsi-asumsi yang
dipertanyakan tersebut adalah:
·
Kegiatan
berfikir berada dalam benak seseorang, bukan dalam interaksinya dengan orang-orang
lain dan situasi-situasi.
·
Proses-proses
pembelajaran dan berfikir relatif serupa antara satu orang dengan orang
lainnya, dan beberapa situasi dapat mendorong proses berfikir pada tingkatan
yang lebih tinggi secara lebih baik dibanding situasi-situasi yang lainnya.
·
Kegiatan
berfikir lebih banyak diperoleh dari pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
yang dikembangkan dalam setting-setting pengajaran formal daripada dari
kompetensi-kompetensi konseptual umum yang berasal dari pengalaman-pengalaman
dan kemampuan bawaan seseorang.
Konstuktivisme
tidak sependapat dengan asumsi-asumsi tersebut disebabkan oleh bukti-bukti
yang menunjukkan bahwa kegiatan berfikir
terjadi dalam situasi-situasi dan bahwa kognisi sebagian besar dibangun oleh
masing-masing individu sebagai fungsi dari pengalaman-pengalaman mereka dalam
situasi-situasi tersebut.
Asumsi utama dari konstruktivisme adalah manusia
merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri.
1.
Berbagai Perspektif dalam Konstruktivisme
Konstruktivisme
bukan merupakan sudut pandang tunggal, paham ini memiliki perspektif yang
berbeda-beda.Konstruktivisme eksegonus mengacu pada pemikiran bahwa penguasaan
pengetahuan merepresentasikan sebuah konstruksi ulang dari struktur-struktur
yang berada dalam dunia eksternal.Pandangan
ini mendasarkan pengaruh kuat dari dunia luar pada konstruksi
pengetahuan, seperti pengalaman-pengalaman, pengajaran, dan pengamatan terhadap
model-model.
Konstruktivisme
endogenus menekankan pada koordinasi tindakan-tindakan kognitif.Struktur
–struktur mental diciptakan dari struktur-struktur yang sebelumnya, bukan
secara langsung dari informasi lingkungan, karena itu pengetahuan bukanlah
cermin dari dunia luar yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman,
pengajaran, interaksi-interaksi sosial.
Diantara
dua titik pandangan yang berlawanan ini terdapat konstruktivisme dialektikal
yang berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh dari interaksi-interaksi antara
orang-orang dan lingkungan-lingkungan mereka. Interpretasi-interpretasi tidak
selalu terikat dengan dunia luar ataupun keseluruhan kegiatan
2.
Kognisi Berkonteks
Kognisi
berkonteks memperhatikan pandangan intuitif yang mengatakan bahwa banyak proses
saling berinteraksi untuk menghasilkan pembelajaran. Kita tahu bahwa motivasi
danpengajaran saling terkait dimana pengajaran yang baik dapat meningkatkan
motivasi untuk belajar dan pembelajaran siswa yang termotivasi mencari
lingkungan-lingkungan pengajaran yang efektif (Schunk,1995). Manfaat lebih
lanjut dari perspektif kognisi berkonteks adalah bahwa perspektif ini
mengarahkan para peneliti untuk mengeksplorasi kognisi dalam konteks-konteks
pembelajaran autentik seperti sekolah, tempat kerja, dan rumah dimana banyak
diantaranya yang melibatkan monitoring atau praktik-praktik magang.
Penelitian
terhadap efektivitas pembelajaran dalam situsi tertentu masih baru tapi
hasil-hasilnya menjanjikan.Griffin(1995)membandingkan pengajaran tradisional
(di dalam kelas) untuk keterampilan-keterampilan yang menyangkut peta dengan
pendekatan pembelajaran dalam situasi tertentu dimana mahasiswa mendapatkan
latihan dalam lingkungan-lingkungan aktual yang digambarkan dalam peta.
Kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan pembelajaran situasi memperlihatkan
prestasi yang lebih baik dalam penilaian keterampilan peta.Meskipun grafin
tidak menemukan manfaat dari pembelajaransituasi terhadap transfer. Hasil-hasil
studi pembelajaran situasi ini akan mudah digeneralisasikan pada
konteks-konteks yang serupa.
Ide
tentang situasi ini juga relevan dengan bagaimana pembelajaran ini terjadi.Para
siswa yang dihadapkan pada metode tertentu untuk mempelajari suatu topik pembelajaran
mengalami kognisi berkonteks untuk metode tersebut. Dengan kata lain, seperti
itulah meteri pelajaran tersebut dipelajari. Sebagai contoh, jika siswa
berulang-ulang mendapatkan pelajaran matematika yang disampaikan dengan metode
didaktik oleh seorang guru yang menjelaskan dan mendemonstrasikan materinya,
kemudian mereka mengerjakan soal-soal sendiri, maka pembelajaran matematika
yang dijalani siswa tersebut cenderung disituasikan dalam konteks ini. Siswa
ini mungkin akan kesulitan menyesuaikan diri dengan dengan guru baru yang lebih
suka menggunakan penemuan terarah melalui kerjasama dengan teman sebaya dalam
kelompok.
Kognisi
berkonteks sesuai dengan gagasan konstruktivis yang menyatakan bahwa konteks
merupakan bagian yang menjadi sifat bawaan pembelajaran.Gagasan ini makin
menunjukkan kevalidannya terutama dalam wilayah-wilayah bidang studi.
3.
Kontribusi dan Aplikasi
Konstruktivisme
pada akhirnya harus dievaluasi bukan berdasarkan apakah pemikiran-pemikirannya
benar atau salah. Tampaknya kita harus menentukan proses dimana siswa membangun
pengetahuan dan bagaimana faktor-faktor sosial, perkembangan dan pengajaran
dapat mempengaruhi proses tersebut. Selain itu diperlukan juga penelitian
tentang kapan pengaruh-pengaruh situasi memiliki efek-efek yang lebih besar
terhadap proses-proses mental.Kekurangan dari banyak bentuk konstruktivisme
adalah penekanan terhadap relativisme.Yaitu pandangan bahwa semua bentuk
pengetahuan dapat dibenarkan karena dibangun oleh para siswa terutama jika
pengetahuan-pengetahuan itu mencerminkan konsensus masyarakat. Para pendidik
tidak bias menerima pemikiran ini dengan senang hati karena pendidikkan
menuntut kitauntuk tidak mengalkulasikan nilai-nilai seperti kejujuran,
keadilan dan tanggung jawab dalam diri para siswa kita terlepas dari apakah
masyarakat menganggap hal-hal tersebut penting. Disamping itu alam mungkin
membatasi pikiran kita lebih dari yang ingin kita akui.Penelitian menunjukan
bahwa kompetensi seperti matematika seperti korespondensi satu-satu dan
kemampuan berhitung tidak dibangun tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
keturunan.
Konstruktivisme
memiliki implikasi-implikasi penting bagi pengajaran dan rancangan
kurikulum.Rekomendasi-rekomendasi yang paling terus terang adalah kita harus
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran mereka dan memberikan
pengalaman-pengalaman yang menguji pemikiran mereka dan memaksa mereka
untukmenyusun ulang keyakinan-keyakinan mereka.Konstruktivisme juga
menggarisbawahi fokus perhatian saat ini terhadap pengajaran reflektif. Pandangan-pandangan
konstruktivis sosial menegaskan bahwa pembelajaran dalam kelompok sosial dan
kerjasama dengan teman sebaya adalah cara yang bermanfaat. Ketika para siswa
menjadi model bagi
teman-teman mereka dan mengamati teman-teman mereka sebagai model mereka,
mereka tidak hanya mengajarkan keterampilan-keterampilan tetapi juga mengalami
efektivitas diri yang lebih tinggi untuk belajar.
B.
KONSTROKTIVISME DAN PENGAJARAN
1.
Proses-Proses Perkembangan kognitif
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif bergantung pada empat faktor: pertumbuhan biologis, pengalaman dengan
lingkungan fisik, pengalaman dengan lingkungan sosial, dan ekuilibrasi.
Ekuilibrasi mengacu pada dorongan biologis untuk menciptakan sebuah kondisi
keseimbangan antara ekuilibirium yang
optimal antara struktur-struktur kognitif dan lingkungan. Ekuilibrasi
mengkoordinasikan tindakan-tindakan dari tiga faktor lainnya dan membuat
struktur-struktur mental dan realitas lingkungan eksternal konsisten terhadap
satu sama lain.
Dua
proses komponen ekuilibrasi adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi mengacu
pada menyesuaikan realita eksternal dengan struktur kognitif yang telah
ada.Ketika kita berinterpretasi, menganalisis, dan merumuskan, kita mengubah
realita untuk membuatnya sesuai dengan struktur kognitif kita.
Akomodasi
adalah mengubah struktur-struktur internal untuk memberikan konsistensi dengan
realitas eksternal.Kita berakomodasi ketika kita menyesuaikan ide-ide kita
untuk memahami realita. Asimilasi dan akomodasi merupakan dua proses yang
saling melengkapi. Ketika realita diasimilasikan, struktur-struktur
diakomodasikan.
Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget
Tahapan
|
Jangkauan
perkiraan Usia (dalam satuan tahun)
|
Sensorikmotor
Pra-operasional
Operasional
konkret
Operasional
formal
|
Lahir
sampai 2
2
sampai 7
7
sampai 11
11
sampai dewasa
|
Dari
penelitiannya Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak berjalan
melalui sebuah rangkaian tetap. Pola operasi yang dapat dilakukan anak-anak
dapat dikatakan sebagi sebuah level atau tahapan.
Dalam
tahap sensori motorik, tindakan-tindakan anak spontan dan menunjukkan usaha
untuk memahami dunia.Pemahaman bersumber dari tindakan disaat sekarang.Misal
bola untuk ditendang dan botol untuk disedot.
Anak-anak
pada tahapan pra-operasional mampu membayangkan masa mendatang dan berfikir
tentang masa yang telah lewat, meskipun persepsi mereka masih berorientasi pada
masa sekarang.Mereka cenderung meyakini bahwa 10 koin yang dijajarkan melintang
dalam sebuah baris lebih banyak dari pada 10 koin yang ditumpuk ke atas.Mereka
juga belum mampu berfikir dengan lebih dari satu dimensi pada satu saat. Jadi
ketika mereka fokus pada panjang, mereka akan cenderung berfikir bahwa benda
yang lebih panjang (sebuah tiang ukur) itu lebih besar daripada benda yang lebih
pendek (batu bata) meskipun bendanya lebih pendek lebih lebar dan dalam.
Anak-anak pada tahap pra-operasional memperlihatkan inversibilitas yaitu ketika
sesuatu telah dilakukan, sesuatu tersebut tidak dapat diubah.
Tahapan
operasional konkret ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan
merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah, karena ini masanya bahasa
dan penguasaan keterampilan-keterampilan dasar anak bertambah cepat secara
dramatis.Anak-anak mulai menunjukan beberapa pemikiran abstark meskipun
biasanya didefinisikan dengan karakter-karakter atau tindakan.
Tahapan
operasional formal mengembangkan pikiran operasional konkret.Pikiran anak-anak
pada tahapan ini tidak lagi hanya terfokus pada hal-hal yang dapat dilihat,
anak-anak mampu berfikir tentang situasi-situasi hipotesis atau pengandaian.
2.
Implikasi-Implikasi Teori Piaget Bagi Pendidikan
Piaget
berpendapat bahwa perkembangan kognitif tidak dapat diajarkan meskipun
bukti-bukti penelitian menunjukan bahwa perkembangan tersebut dapat dipercepat.
Teori dan implikasinya memiliki implikasi-implikasi bagi pengajaran yaitu:
·
Guru
akan mendapatkan keuntungan jika memahami pada level apa para siswanya
menjalankan fungsinya.
·
Dalam
pembelajaran harus dijaga agar siswa aktif
·
Menciptakan
ketidaksesuaian
·
Memberikan
interaksi social
C.
TEORI SOSIOKULTURAL VYGOTSKY
Seperti
teori Piaget, teori Vygotsky juga sebuah teori konstruktivis, tetapi Vygotsky
menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan sosial sebagai fasilitator
perkembangan dan pembelajaran.
1.
Prinsip-Prinsip Dasar Teori Sosiokultural Vygotsky
Vygotsky
berupaya menjelaskan pikiran manusia dengan cara-cara baru.Ia memunculkanbanyak
keberatan yang sama dengan keberatan para behavioris. Ia tidak ingin menjelaskan tentang kondisi-kondisi
pikiran sadar dengan mengacu pada konsep kesadaran. Ia juga menolak
penjelasan-penjelasan para behaviorisme tentang tindakan dalam kaitannya dengan
tindakan-tindakan sebelumnya. Teori Vygotsky menitikberatkan interaksi dari faktor-faktor
interpersonal, kultural-historis, dan individual sebagai kunci dari
perkembangan manusia.Interaksi-interaksi dengan orang-orang dilingkungan
sekitar menstimulasi proses-proses perkembangan dan mendorong pertumbuhan
kognitif.Tetapi interaksi-interaksi tidak berguna jika dipandang menurut makna
tradisional, yaitu memberikan informasi pada anak-anak.Anak-anak menstransformasikan
pengalaman-pengalaman mereka berdasarkan pengetahuan dan karakteristik
pengetahuan mereka.Dan mereka mengorganisasi ulang struktur-struktur mental mereka.Aspek-aspek
kultural historis dari teori Vygotsky menonjolkan pemikiran bahwa pembelajaran
dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Cara siswa berinteraksi
dengan dunia mereka dengan orang-orang, objek, dan institusi-institusi didalamnya
mengubah cara berfikir mereka. Makna-makna konsep berubah ketika dihubungkan
dengan dunia.Jadi sekolah bukan hanya sekedar kata atau sebuah struktur fisik,
tetapi juga sebuah institusi yang berupaya mendukung pembelajaran dan
kewarganegaraan.
Ada
juga faktor-faktor individual atau keturunan yang mempengaruhi perkembangan.Vygotsky
tertarik pada anak-anak dengan kelainan-kelainan mental dan fisik.Ia yakin
bahwa karakteristik-karakteristik yang mereka warisi menghasilkan
lintasan-lintasan gerak pembelajaran yang berbeda dengan anak-anak yang tidak
mengalami keterbatasan seperti itu.
Dari
pengaruh ini, yang mendapatkan paling banyak perhatian-setidaknnya diantara
para peneliti dan praktisi barat adalah pengaruh interpersonal. Vygotsky
menganggap bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi pembelajaran dan berfikir bahwa interaksi-interaksi sosial
mengubah atau mentransformasikan pengalaman-pengalaman belajar. Aktivitas sosial
adalah sebuah fenomena yang membantu menjelaskan perubahan-perubahn dalam
pikiran sadar dan membentuk teori psikologis yang menyatukan perilaku dan
pikiran.Lingkungan sosial mempengaruhi kognisi melalui alat-alatnya yaitu
objek-objek kulturalnya serta bahasa dan institusi-institusi sosialnya.Interaksi-interaksi
sosial membantu mengkoordinasikan tiga pengaruh terhadap perkembangan.Perubahan
kognitif didapatkan dari penggunaan alat-alat kultural dalam
interaksi-interaksi sosial dan dari internalisasi dan transformasi
interaksi-interaksi ini secara mental. Pandangan Vygotsky merupakan bentuk
konstruktivisme dialektikal (kognitif) karena ia menyoroti interaksi-interaksi
antara orang-orang dan lingkungan mereka. Mediasi adalah mekanisme pokok dalam
perkembangan pembelajaran:
2.
Zona Perkembangan Proksimal
Satu
konsep pokok dalam teori ini dalah zona perkembangan proksimal (ZPD). Konsep
ini didefinisikan sebagai jarak antara level perkembangan aktual yang
ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi
perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang
dewasa atau dengan kerjasama dengan teman-teman sebaya yang lebih mampu. ZPD
merepresentasikan jumlah pembelajaran yang mungkin dijalani seorang siswa
dengan kondisi-kondisi pengajaran yang tepat. ZPD ini lebih merupakan test dari
kesiapan perkembangan siswa atau level intelektual dalam bidang studi tertentu,
dan tes ini menunjukan bagaimana pembelajaran dan perkembangan berkaitan. Dalam
ZPD, seorang guru dan siswa bekerja sama menghadapi sebuah tugas yang tidak
dapat dilakukan sendiri oleh siswa karena tingkat kesulitannya. ZPD
mencerminkan ide tentang aktivitas kolektif, dimana mereka yang tahu lebih
banyak atau lebih terlatih mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut
untuk menyelesaikan tugas bersama mereka yang pengetahuannya lebih sedikit.
Perubahan
kognitif terjadi dalam ZPD ketika guru dan siswa berbagi alat-alat budaya, dan
interaksi dengan mediasi budaya ini menghasilkan perubahan kognitif ketika
terinternalisasikan dalam diri siswa.Bekerja dalam ZPD membutuhkan banyak
sekali partisipasi terbimbing. Tetapi anak-anak tidak memproleh pengetahuan
kultural secara pasif dari interaksi-interaksi ini, dan apa yang mereka
pelajari tidak harus refleksi otomatis atau akurat dari peristiwa-peristiwa.
Siswa membawa pemahaman mereka sendiri tentang interaksi-interaksi sosial dan
membangun makna-makna dengan menggabungkan pemahaman tersebut dengan
pengalaman-pengalaman mereka dalam konteks tersebut.
Pengaruh
kultural historis terlihat jelas dalam keyakinan vygotsky bahwa sekolah itu
penting bukan karena sekolah adalah tempat di mana anak-anak mendapatkan
struktur penyangga.Tetapi lebih karena sekolah memberi kesempatan mereka
mengembangkan kesadaran yang lebih besar tentang diri mereka sendiri, bahasa
mereka, dan peran mereka dalam tatanan dunia.Berpartisipasi dalam kultural
dapat mengubah fungsi mental, bukan sekedar mempercepat proses-proses yang
bagaimanapun berkembang juga.Karena secara garis besar ZPD mengacu pada
bentuk-bentuk baru kesadaran yang terjadi ketika orang berinteraksi dengan
institusi sosial dalam masyarakat mereka.Budaya mempengaruhi jalannya
perkembangan mental seseorang.
3.
Aplikasi-Aplikasi Teori Vygotsky
Aplikasi
yang mencerminkan ide-ide Vygotsky adalah pengajaran timbal balik. Pengajaran
timbal balik merupakan dialog interaktif antara guru dan sekelompok kecil
siswa. Pada awalnya guru menampilkan model-model aktivitas-aktivitasnya,
kemudian guru dan siswa bergiliran menjadi guru.Jika siswa belajar membuat
pertanyaan saat pelajaran kemahiran membaca, rangkaian pelajarannya dapat
mencakup guru yang mencontohkan strategi pengajuan pertanyaan untuk mengetahui
level pemahaman.Menurut perspektif Vygotsky, pengajaran timbal balik memuat
interaksi sosial dan pemberian bantuan dalam belajar selagi siswa secara
bertahap mengembangkan keterampilan-keterampilannya.
Satu
bentuk aplikasi yang juga penting adalah kerjasama atau kolaborasi dengan teman
sebaya, yang mencerminkan pandangan tentang aktivitas kolektif. Ketika para
siswa bersama teman-teman sebayanya bekerjasama mengerjakan tugas-tugas, interaksi-interaksi
sosial yang sama-sama mereka jalani dapat berperan sebagai fungi pengajaran.
Penelitian menunjukkan bahwa kelompok-kelompok belajar akan efektif ketika
masing-masing siswa memiliki tanggung jawab dan semuanya harus sudah mencapai
kompetensi sebelum ada yang dibolehkan untuk meneruskan belajar ke tahapan
selanjutnya. Kelompok-kelompok teman sebaya umumnya diaplikasikan untuk belajar
dibidang-bidang studi seperti matematika, IPA, dan seni bahasa yang memeperlihatkan
pengaruh lingkungan sosial yang dapat dikenali saat belajar.Sebuah aplikasi
yang relevan dengan teori Vygotsky dan kognisi berkonteks adalah tuntunan
sosial melalui praktik magang.Dalam praktik magang, para pemula bekerjasama
dengan para ahli dalam aktivitas-aktivitas yang terkait dengan
pekerjaan.Praktik magang sesuai dengan konsep ZPD karena praktik ini
berlangsung dalam institusi-institusi kultural dan karenanya membantu siswa mengubah
pengembangan kognitifnya.Dalam pekerjaannya, para peserta magang berproses
dalam sebuah ZPD karena mereka sering melakukan tugas-tugas yang melebihi
kapabilitasnya.Dengan bekerjasama dengan para ahli, pemula mengembangkan
pemahaman bersama mengenai proses-proses penting dan menggabungkannya dengan
pemahaman-pemahaman yang telah ada pada mereka.Praktik magang mempresentasikan
tipe konstruktivisme dialektikal yang sangat tergantung pada interaksi sosial.
D.
TUTURAN PRIBADI DAN PEMBELAJARAN DENGAN MEDIASI SOSIAL
1.
Tuturan Pribadi
Tuturan
pribadi mengacu pada sekumpulanfenomena tuturan yang memiliki fungsi pengaturan
diri, tetapi tidak komunikatif secara sosial. Berbagai teori termasuk
konstruktivisme, perkembangan kognitif , dan kognitif sosial menarik hubungan
yang kuat antara tuturan pribadi dan perkembangan pengaturan diri.Vygotsky
yakin bahwa tuturan pribadi membantu mengembangkan pikiran dengan
mengorganisasikan perilaku.Anak-anak menggunakan tuturan pribadi untuk memahami
situasi-situasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan.Tuturan pribadi terjadi
bersama-sama dengan interaksi-interaksi anak dalam lingkungan sosial. Ketika
fasilitas bahasa anak-anak berkembang, kata-kata yang diucapkan oleh orang lain
memperoleh makna yang terpisah darikarakteristik-karakteristik fonologis dan
sintaksisnya. Anak-anak menginternalisasikan makna kata-kata dan mengarahkannya
untuk perilaku-perilaku mereka.Vygotsky mengajukan hipotesis bahwa tuturan
pribadi mengikuti sebuah pola perkembangan garis lengkung. Verbalisasi terbuka
meningkat sampai usia 6 sampai 7 tahun. Dan setelah itu kecenderungan ini
menurun dan lebih menjadi tersembunyi ketika mencapai usia 8 sampai 10 tahun.
Tetapi verbalisasi terbuka dapat terjadi pada usia berapapun ketika orang
menemui masalah.
2.
Verbalisasi dan Prestasi
Verbalisasi
bermanfaat bagi siswa yang sering mengalami kesulitan dan melakukan tugas dengan
cara yang mendukung. Guru-guru telah memperoleh manfaat-manfaat verbalisasi
dalam menangani anak-anak yang tidak secara spontan mengulang materi yang harus
dipelajari, para siswa yang impulsive, para siswa yang memiliki
kelemahan-kelemahan dalambelajar dan menderita keterbelakangan mental, dan para
siswa yang memerlukan sesi-sesi perbaikan. Verbalisasi membantu siswa yang
mengalami masalah-masalah pembelajaran untuk bekerja secara sistematis.Cara ini
memaksa siswa memperhatikan tugas-tugas dan mengulang materi-materi, dua hal
yang dapat meningkatkan pembelajaran.Verbalisasi tampaknya tidak menunjang
pembelajaran ketika siswa dapat mengatasi tuntutan-tuntutan tugas secara
memadai tanpa melisankannya.Karena verbalisasi berarti tugas tambahan,
pelaksanaannya bisa jadi menghalangi pembelajaran karena bisamengalihkann
perhatian anak-anak dari tugas utama yang mereka hadapi.
Penelitian
telah mengidentifikasi kondisi-kondisi dimana verbalisasi dapat meningkatkan
kinerja belajar.Denney menyajikan model sebuah strategi pengerjaan tugas untuk
anak-anak normal berusia 6,8 dan 10 tahun yang diberi tugas berisi 20
pertanyaan.Anak-anak yang berusia 8 sampai 10 tahun yang menyatakan strategi
model ketika mereka mengerjakan tugas mendapatkan skor lebih tinggi dibandingkan
anak-anak yang tidak menyatakan strateginya.Verbalisasi cenderung lebih
meningkatkan prestasi siswa jika relevan dengan tugas dan tidak menghalangi
kinerja.Pernyataan-pernyataan yang relevan dengan tugas yang lebih tinggi
proporsinya menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.Tuturan pribadi mengikuti
sebuah siklus perkembangan terbuka-tersembunyi, dan tuturan menjadi
terinternalisasikan lebih dini pada para siswa yang memiliki kecerdasan lebih
tinggi.Tuturan pribadi berhubungan secara positif dengan kreativitas.Membiarkan
siswa membuat verbalisasi mereka sendiri lebih bermanfaat daripada membatasi
verbalisasi mereka pada pernyataan-pernyataan spesifik. Untuk
memfasilitasi transfer verbalisasi
terbuka pada akhirnya menurunpada tingkat berbisik atau gerakan bibir dan menurun lagi ketingkat tersembunyi.
3.
Pembelajaran Dengan Mediasi Sosial
Banyak
bentuk konstruktivisme, khususnya teori Vygotsky yang menekankan gagasan bahwa
pembelajaran merupakan proses yang dimediasi secara sosial. Semua pembelajaran
dimediasi oleh alat seperti bahasa, simbol-simbol dan tanda-tanda. Anak-anak
memperoleh alat ini dalam interaksi-interaksi sosial mereka dengan orang lain.Mereka menginternalisasikan alat-alat
ini dan kemudian menggunakannya sebagai mediator-mediator untuk pembelajaran
ketingkat yang lebih lanjut.
Bagaimana
mediasi sosial mempengaruhi konsep.Anak-anak kecil memperoleh konsep-konsep
secara spontan dengan mengamati dunia mereka dan merumuskan
hipotesis-hipotesis.Contohnya mereka mendengar suara bising yang berasal dari mobil-mobil
dan suara berisik dari truk, lalu mereka meyakini bahwa benda-benda-benda yang
lebih besar mengeluarkan bunyi yang lebih berisik. Melalui interaksi-interaksi
sosial, anak-anak diajari mengenai konsep-konsep oleh orang lain. Pembelajaran
ini sering berupa proses langsung seperti ketika guru mengajari anak-anak
tentang perbedaan antara bujur sangkar,
persegi panjang, segitiga dan lingkaran.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Konstruktivisme adalah sebuah epistemology atau
penjelasan filosofis tentang sedikit pembelajaran. Para teoritis konstruktivis
menolak gagasan bahwa kebenaran-kebenaran ilmiah itu ada dan menunggu untuk
ditemukan dan sahkan. Pengetahuan tidak
diatur dari luar diri seseorang tetapi terbentuk didalam dirinya.Teori-teori
konstruktivis bermacam-macam dari teori yang mengemukakan interpretasi diri
yang utuh, teori –teori yang merumuskan hipotesis-hipotesis mengenai
interpretasi-interpretasi dengan mediasi social, sampai teori yang menyatakan
bahwa interpretasi-interpretasi bersesuaian dengan realita.Konstruktivisme
mengarahkan kita untuk menyusun pengalaman-pengalaman pengajaran dan
pembelajaran untuk menantang pemikiran siswa sehingga mereka mampu membangun
pengetahuan yang baru.Dasar dari pemikiran konstruktivisme adalah bahwa proses-proses
koginitf disituasikan dalam konteks-konteks fisik dan sosial.Konsep kognisi
berkonteks menyoroti hubungan-hubungan antara orang-oarang dan situasi-situasi.
Teori piaget termasuk teori konstruktivisme yang
mengetengahkan bahwa anak-anak berproses melewati serangkaian tahapan yang
berbeda-beda secara kualitatif: sensorik-motor, pra-operasional, operasional
konkret, dan operasional formal. Mekanisme perkembangan utama adalah ekuilibrasi.
Hal yang dapat membantu menyelesaikan konflik-konflik kognitif dengan
mengubah sifat dan realitas untuk
menyesuaikan struktur-struktur yang ada (asimilasi) atau mengubah struktur
untuk memasukan realita (akomodasi).
Teori sosiokultural Vygotsky menonjolkan lingkungan sosial
sebagai sebuah fasilitator bagi perkembangan dan pembelajaran.Lingkungan sosial
mempengaruhi kognisi melalui alat-alatnya seperti objek-objek kultural, bahasa,
simbol, dan institusi-institusi sosial.Perubahan kognitif disebabkan oleh
penggunaan alat-alat ini dalam interaksi sosial dan oleh internalisasi dan
transformasi dari interaksi-interaksi tersebut.Konsep utamanya adalah zona
perkembangan proaksimal (ZPD).ZPD mewakili jumlah pembelajaran yang mungkin
dijalani siswa dalam kondisi-kondisi pembelajaran yang tepat.Sulit untuk
mengevaluasi kontribusi-kontribusi teori Vygotsky dalam pembelajaran karena
kebanyakan penelitian masih terbilang baru dan banyak aplikasi pendidikan yang
sesuai dengan teori Vygotsky bukan merupakan bagian darinya. Aplikasi-aplikasi
yang mencerminkan ide-ide Vygotsky
adalah pemberian bantuan pengajaran, pengajaran timbal balik, kerja sama dengan
teman sebaya, dan praktik magang.
Tuturan pribadi memiliki fungsi pengaturan diri tetapi
secara sosial tidak komunikatif.Vygotsky meyakini bahwa tuturan pribadi mengembangkan
pikiran dengan mengorganisasikan perilaku.Anak-anak menggunakan tuturan pribadi
untuk memahami situasi-situasi dan mengatasi masalah-masalah. Tuturan pribadi
menjadi tersembunyi seiring dengan pertumbuhan meskipun verbalisasi terbuka
dapat terjadi pada usia berapa pun. Verbalisasi dapat membantu prestasi siswa
jika relevan dengan tugas dan tidak menghalangi kinerja belajar, pelatihan
pengajaran diri berguna untuk membantu seseorang mengatur pengerjaan tugasnya
sendiri secara verbal.
Teori Vygotsky mengemukakan bahwa pembelajaran
merupakan proses dengan mediasi sosial. Anak-anak belajar banyak konsep saat
berinteraksi sosial dengan orang lain. Mengatur lingkungan-lingkungan belajar
untuk meningkatkan interaksi-interaksi ini dapat menunjang pembelajaran.Pengaturan
diri merupakan koordinasi dari proses-proses mental seperti memori,
perencanaan, penggabungan dan evaluasi.Vygotsky percaya bahwa bahasa dan zona
perkembangan proaksimal sangat penting bagi perkembangan pengaturan
diri.Kuncinya adalah internalisasi dari proses-proses pengaturan diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka.
Schunk,
Dale H. (2012). Learning Theories An Educational
Prespective, terjemahan edisi ke enam.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
MAKALAH
KONSTRUKTIVISME
Disusun oleh :
BUDI RAHMAN, M.Pd
NIP 19820426
20060 1 011
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI
SELATAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KANDANGAN
SDN KANDANGAN KOTA 2
SEPTEMBER 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu dipanjatkan
kehadirat Allah Swt. berkat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul ”Konstruktivisme”. Shalawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa peradaban umat manusia
ini dari zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang yang penuh
dengan nur ilahiyah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini
jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
penulis tunggu untuk perbaikan penulisan yang akan datang.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
dan arahan berbagai pihak, khususnya kepala sekolah, rekan-rekan guru dan juga
kelurga, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga.
Selanjutnya dengan selesainya pembuatan
makalah ini, Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta
ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan
semangat untuk selesainya makalah ini, dan juga kepada kepala sekolah dan seluruh rekan – rekan guru yang memberikan saran, dan masukan saya ucapkan beribu terima kasih.
Akhirnya, Penulis ucapkan semoga makalah
ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca semuanya. Amin.
Kandangan, September 2016
Penulis,
Budi Rahman
NIP 19820426 20060 1 011
DAFTAR ISI
HalamanSampul...................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan
............................................................................................................. ii
Kata Pengantar...................................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konstruktivisme : Asumsi-asumsi
dan prespektive...................... .................. 3
B. Konstruktivisme dan Pengajaran
…………………........................................ 5
C. Teori Sosiokultural Vygotsky………………………................... .................. 7
D. Tuturan Pribadi dan
Pembelajaran dengan Mediasi Sosial............................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimupulan................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......... ............. 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar